BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial, makhluk yang selalu membutuhkan orang lain, dan tidak ada manusia yang
berdiri sendiri tanpa peran orang lain. Seperti pada saat seseorang lahir pasti
seseorang itu membutuhkan peran orang lain dalam hal ini bisa dokter atau bidan
agar sang anak dan ibu bisa selamat. Oleh karena itu, manusia diharuskan
dirinya untuk bisa atau pandai berinteraksi dengan yang lain. Dan mau tidak mau
manusia harus berinteraksi karena manusia adalah makhluk sosial.
Berinteraksi
adalah suatu hal yang sangat penting dan mutlak diperlukan. Berinteraksi bisa
dengan siapa saja, baik orang tua, keluarga, teman sebaya, tetangga, dan
lain-lain. Namun pada kenyataannya seseorang biasanya lebih dekat pada temannya
yang sebaya dibanding dengan yang lain. Ada beberapa hal seseorang bisa
menganggap seseorang menjadi teman. Awalnya secara kebetulan “by accident”
karena seseorang tersebut dekat rumahnya, mempunyai hobi yang sama, atau karena
seseorang tersebut sekelas. Dan seiring berjalannya waktu seseorang menganggap
orang lain sebagai teman adalah karena memilih “by choosing”. Memilih
disini bisa karena seseorang tersebut satu profesi, satu organisasi, satu
pendapat, dan lain-lain. Salah satu tempat yang paling sering terjadinya
interaksi antar individu adalah disekolah.
Di sekolah anak-anak dapat bermain dan
menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja, di sekolah anak-anak
maupun remaja mulai belajar mengenal satu sama lain, mengenal lingkungannya
serta menjalin petemanan.
Remaja sebagai manusia yang sedang
tumbuh dan berkembang terus melakukan interaksi sosial baik antara remaja
maupun terhadap lingkungan lain. Setiap
anak yang memasuki usia remaja akan dihadapkan pada permasalahan penyesuaian
sosial, yang diantaranya adalah problematika pergaulan teman sebaya seperti adanya
kecemburuan ketika seseorang yang dianggap sahabat lebih memilih orang lain
untuk dijadikan sahabatnya, kemudian terjalinnya hubungan persahabatan diantara
seseorang juga menyebabkan kecenderungan diantara anak-anak untuk membentuk
kelompok-kelompok yang sesuai dengan kenyamanan anak, pembentukan kelompok ini
tidak selamanya menimbulkan dampak positif bagi perkembangan seseorang, tetapi
sebagian besar adanya kelompok-kelompok tertentu itu mengakibatkan dampak
negatif bagi seseorang.
Pembentukan sikap, tingkah laku dan
perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun
teman-teman sebaya. Apabila lingkungan sosial itu menfasilitasi atau memberikan
peluang terhadap remeja secara positif, maka remaja akan mencapai perkembangan
sosial secara matang. Dan apabila lingkungan sosial memberikan peluang secara
negatif terhadap remaja, maka perkembangan sosial remaja akan terhambat. Pengaruh
lingkungan diawali dengan pergaulan dengan teman. Pada usia 9-15 tahun hubungan
perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama,
kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk
memecahkan masalah bersama. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja menjadi
sangat menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam
persahabatan serta standar sosial yang berhubungan dengan pekerjaan dan
prestasi (Santrock, 2003:
257).
Berdasarkan pra penelitian di SMP Pangeran Antasari kelas VII
pada saat suasana belajar ataupun waktu istrahat
sedang berlangsung, baik siswa laki-laki maupun perempuan menghabiskan banyak
waktunya bersama dengan teman-temannya. Kelompok
sebaya ini biasanya beranggotakan pria saja, wanita saja, atau campuran. Kalau
yang pria saja biasanya sebagian besar anggotanya tidak terlampau dekat secara
emosional, sedangkan kelompok wanita biasanya anggotanya lebih akrab. Kelompok
pria cenderung lebih banyak berbagi pengalaman petualangan atau topik-topik
tertentu yang menarik minat mereka, seperti olahraga, musik, film, dan
teknologi. Mereka umumnya jarang berbagi perasaan atau emosi, sedangkan
kelompok wanita cenderung lebih bisa
berbagi pengalaman dan perasaan.
Hal positif yang didapat untuk
kemampuan seseorang dalam menjalin pertemanan
yaitu biasanya dengan teman dekat kita bisa berbicara terbuka dan jujur.
Hal ini memberikan kemampuan kita untuk peka pada kekuatan, kelemahan,
kebutuhan, dan keinginan orang lain. Persahabatan memungkinkan kita untuk
saling berbagi dalam banyak hal, termasuk persoalan yang bersifat pribadi dan dapat menjalin tali silahturahmi. Kepekaan kita karena
persahabatan akan dapat meningkatkan rasa empati atau dapat merasakan apa yang
dirasakan orang lain.
Saat proses belajar mengajar berlangsung
banyak siswa yang berkelompok-kelompok dikarenakan dua bentuk perilaku yang muncul dari
pengaruh teman-tenanya, yang pertama kelompok siswa yang
selalu berprestasi dan yang kedua yakni kelompok siswa yang suka melanggar
aturan sekolah. Dari dua bentuk hal
inilah awal permasalahan timbul pada pertemanan yang dijalan oleh anak-anak.
Permasalahannya mungkin sering timbul pada saat jam pelajaran berlangsung dan
hampir tidak banyak guru-guru yang memperhatikannya apabila hal ini
terus-menerus dibiarkan akan terjadi pengelompokkan-penggelompokkan didalam
ruang kelas. Dimana hal tersebut akan membuat suasana belajar menjadi tidak tenang dan tidak nyaman mereka
sibuk dengan kegiatan masing-masing dan kelompoknya masing-masing, sehingga ruang
kelas menjadi tidak kondusif. Bagi
kelompok yang pintar mereka cepat mengerjakannya sedangkan kelompok yang kurang
pintar terdiam karena kurang mengerti/paham oleh tugas yang diberikan dan
mereka tidak bisa dikerjakan hasil yang didapatpun tidak memuaskan. Kelompok
yang tidak mampu menegerjakan tugaspun menjadi terasingkan atau bahkan
dikucilkan oleh teman-teman lainnya.
Anak-anak yang berkelompok-kelompok cenderung menutup diri bagi
orang-orang yang bukan merupakan anggota kelompoknya, anak-anak yang membatasi lingkungan bermainnya dalam
suatu kelompok tertentu, maka hubungan sosialisasinya dengan masyarakat umum
akan terhambat, timbulnya
pertentangan dan masalah-masalah antara kelompok, di sebabkan karena adanya
berbagai perbedaan pendapat antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya, anak yang terlalu mengedepankan
kepentingan kelompok temannya, biasanya hubungan mereka dengan keluarga menjadi
renggang, karena terlalu nyaman dengan lingkungan teman sepermainannya anak jadi jarang bersosialisasi
dengan orang tua, sehingga timbullah berbagai kenakalan remaja akibat kurang
kontrol dari orang tua. Inilah dampak negative pada pengelompokkan-pengelompokkan
tersebut.
Dalam membantu untuk mengurangi
pengelompokkan-pengelompokkan yang terjadi saat jam pelajaran berlangsung guru
pembimbing berfungsi untuk memberikan layanan informasi kepada siswa. Sehingga
saat jam pelajaran berlangsung ruang kelaspun menjadi lebih kondusif,
siswa-siswi mampu menerima pelajaran dengan baik. Menurut Winkel dalam Tohirin
(2007 : 147) layanan informasi merupakan layanan yang berupaya memenuhi
kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Apabila siswa-siswi
tidak memahami dengan jelas layanan informasi yang diberikan oleh guru
pembimbing maka akan memunculkan masalah dalam kehidupan sehari-hari atau
diruang kelas. Dengan kata lain layanan informasi yang diberikan oleh guru
Bimbingan Konseling kepada siswa sebagai acuan untuk siswa bersikap dan
berprilaku baik dan aktif pada saat jam pelajaran berlangsung.
Kalau
ini sudah terjadi di sekolah
usaha guru pembimbing bisa melakukan salah satu upaya seperti memberikan layanan. Salah satu layanan yang dapat
diberikan adalah layanan informasi khususnya dalam bidang sosial. Layanan informasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti
informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambil keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
Klien tidak hanya peserta didik tetapi bisa juga orangtua atau wali. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka
penulis melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Layanan Informasi dalam Bidang
Sosial untuk Mengkondusifkan Kegiatan Belajar Siswa Kelas VII SMP Pangeran
Antasari Tahun Pembelajaran 2013/2014”.
B.
Indentifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, masalah-masalah yang dapat diidenfikasikan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan siswa dengan
guru.
2. Hubungan
siswa dengan teman sekelas.
3. Cara
siswa bersosialisasi dengan lingkungan sekolah.
4. Adanya
pegelompokkan-pengelompokkan di ruang kelas.
5. Dampak positif dan negatif dalam menjalin
pertemanan.
6. Kurangnya
peran guru BK dalam memberikan layanan informasi kepada siswa sehingga siswa
mengalami pengelompokkan-pengelompokkan yang bersifat negatif.
7. Cara
guru pembimbing mengetahui adanya
siswa
yang bermasalah dalam hubungan sosialnya.
C.
Batasan
Masalah
Mengingat banyaknya pesoalan yang mengitari kajian ini
seperti yang dikemukakan dalam identifikasi di atas, maka penulis memfokuskan
penelitian ini pada efektifitas layanan informasi dalam bidang
sosial untuk
meningkatkan kemampuan menjalin pertemanan
siswa kelas VII SMP Pangeran Antasari Tahun Pembelajaran 2013/2014.
D.
Rumusan
Masalah
Penelitian ini
diharapkan agar mengarah pada hasil yang lebih baik. Adapun rumusan masalah
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah layanan informasi dapat mengefektifitaskan
dalam mengkondusifkan kegiatan belajar siswa dikelas VII SMP Pangeran Antasari
?
2. Bagaimana mengefektifitaskan layanan informasi dalam bidang sosial untuk mengkondusifkan kegiatan belajar siswa dikelas
VII Pangeran Antasari?
E.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan agar dapat :
1.
Untuk mengetahui hubungan pertemanan
yang baik antara kelompok sebaya.
2.
Mengetahui bagaimana hubungan teori
sosial dalam mengkaji teman sebaya.
3.
Untuk mengetahui bagaimana dampak
negative dan positif hubungan antara teman.
4.
Untuk mengetahui solusi dampak
negative dari hubungan sosialisasi dengan teman sebaya.
5.
Untuk meningkatkan kemampuan dalam
menjalin pertemana antar siswa.
6.
Untuk mengetahui perilaku siswa dan
untuk mengetahui pengaruh pergaulan teman sebaya terhadap kemampuan siswa dalam
menjalin pertemanan.
7.
Agar tidak adanya lagi
pengelompokkan-pengelompokkan yang membuat suasana belajar menjadi tidak
kondusif.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian pada umumnya
digunakan untuk bahan rujukan penelitian selanjutnya dan hasil penelitian diharapkan dapat
bermanfaat sebagai berikut:
:
a.
Sebagai
bahan informasi bagi instansi terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
b.
Sebagai
bahan informasi bagi masyarakat agar mereka dapat memberikan informasi kepada
siswa untuk lebih termotivasi belajar dan dapat meminimalisir pengaruh negatif
yang muncul dan mempertahankan pengaruh positif.
c.
Sebagai
bahan informasi bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
perkuliahan.
d.
Sebagai
bahan pertimbangan guru Bimbingan Konseling agar dapat lebih memperhatikan pola
tingkah laku siswa-siswi saat jam pelajaran berlangsung.
Mampu mengatasi permasalahan pribadi dan teman
serta mampu membangkitkan semangat, partisipasi, dan peran siswa dalam menjalin
pertemanan dilingkungan sekolah.
No comments:
Post a Comment