Monday, December 8, 2014

UNSUR-UNSUR KEHIDUPAN KELOMPOK DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA



A.  Unsur Utama Suasana Kelompok
Dalam suatu kelompok dikenal adanya anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Dibawah ini diuraikan secara ringkas tentang beberapa hal yang menyangkut anggota dan pemimpin kelompok itu. Disamping itu, dibahas pula tahap-tahap perkembangan kehidupan ataupun dinamika kelompok dalam proses layanan bimbingan dan konseling.
Para ahli menyebutkan lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah kehidupan dalam sebuah kelompok adalah baik atau kurang baik, yaitu : (1) Saling hubungan yang dinamis antaranggota. (2) Tujuan bersama. (3) Hubungan antara besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifat kegiatan kelompok. (4) Itikad dan sikap terhadap orang lain. (5) Kemampuan mandiri.
1.    Saling Hubungan Antaranggota
Saling hubungan antaranggota kelompok sangatlah diutamakan. Sebaliknya hubungan antara anggota dan pemimpin kelompok tidaklah sedemikian penting. Jika dalam kelompok itu yang ada hanyalah hubungan antara anggota dan pemimpin saja, sedangkan hubungan antaranggota sama sekali tidak terasa, maka sebenarnya dinamika kelompok yang dimaksud telah lenyap; kehidupan kelompok yang (terhadap komandan), natau sekumpulan murid (terhadap guru), atau sekumpulan penonton (terhadap lakon). Dalam saling hubungan yang dinamis antaranggora kelompok, masing-masing anggota anggota itu berkepentingan untuk bergulat dengan suasana antarhubungan itu sendiri, khususnya suasana perasaan yang tumbuh didalan kelompok itu. Suasana perasaan itu meliputi baik rasa yang diterima maupun ditolak, rasa cinta dan bencj, rasa berani dan takut, dan sebagainya, yang semuanya itu menyangkut sikap, reaksi dan tanggapan para anggota yang berdasarkan keterlibatan dalam saling berhubungan mereka dalam kelompok.

2.    Tujuan Bersama
Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan/kehidupan kelompok. Dalam “kelompok tugas” tujuan bersama kelompok jelas, yaitu menjalankan tugas yang dibebankan kepada kelompok itu. Dalam hal ini semua anggota kelompok memusatkan dirinya untuk tujuan itu. Dalam “kelompok bebas” tujuan bersama pada mulanya adalah kabur, dan justru kelompok itu sendirilah yang harus menetapkan tujuan yang akan mereka capai. Pada umumnya tujuan bersama dalam “kelompok bebas” ialah pengembangan pribadi masing-masing anggota kelompok. Tujuan inipun masih kabur; yang lebih nyata (konkrit), berbunyi : agar masing-masing anggota dapat mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya serta memperoleh tanggapan dan reaksi dari anggota lainnya. Tujuan yang nyata baik dalam “kelompok tugas” maupun “kelompok bebas” hendaknya dimengerti dan diterima oleh semua anggota kelompok sehingga masing-masing akan bertindak sesuai dengan tujuan itu tanpa andanya tujuan bersama yang nyata, dimengerti dan diterima itu, maka kelompok itu akan kacau, dan bahkan para anggota di kelompok itu akan merasa tidak mantap dan suasana mencekampun dapat terjadi.
3.    Hubungan Langsung antara Besarnya Kelompok dengan Sifat Kehidupan Kelompok.
Dalam hal ini ada beberapa jenis kelompok menurut jumlah anggotanya, misalnya kelompok dua, kelompok tiga, kelompok 4-8, kelompok 8-30. Kelompok dua yaitu kelompok yang anggotanya hanya dua orang. Kelompok ini adalah kelompok yang paling ideal untuk menciptakan, keakraban yang paling tinggi, tetapi bahayanya ada juga yaitu kemungkinan timbulnya pertentangan/pertengkaran diantara mereka berdua. Suasana negative paling besar kemungkinannya untuk timbul pada kelompok ini dibandingkan dengan pada kelompok lain.
Kelompok tiga, yaitu kelompok yang terdiri dari tiga orang. Dinamika saling hubungan segitiga mungkin dapat tumbuh dengan baik, tetapi bahanya yang terbesar adalah, salah seorang anggota menjadi terasing jika dua anggota yang lain membuat suatu “persekutuan.” Sikap dan rasa iri, cemburu, dan sabagainya dapat timbuk karena persekutuan dan persaingan itu. Untuk “kelompok tugas” biasanya kelompok yang beranggota tiga orang itu akan lebih dapat bekerja secara efektiv dibandingkan dengan untuk “kelompok bebas.”
Kelompok 4-8 orang adalah kelompok yang besarnya sedang yang dapat diselenggarakan dalam rangka bimbingan dan konseling. Jikapun kelompok ini tidak dipimpin oleh pembimbing kelompok (ahli), kelompok sedang inipun dapat memilih peminpinnya sendiri atau setidak-tidanya dapat menentukan aturan-aturan tertentu sebagai pegengan bagi kegiatan seluruh anggota. Kelompok yang sedang besarnya ini biasanya mudah dikendalikan. Disamping itu, dalam kelompok sendang itu dapat dimunculkan keragaman diantara anggota-anggotanya sehingga suasana dinamika kehidupan kelompok dapat “hangat.”
Kelompok 8-30 orang merupakan kelompok yang baik untuk tujua-tujuan pendidikan tertentu. Namun kelompok itu kurang efektif untuk menciptakan keakraban social dalam waktu yang singkat. Untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya latihan kepeminpinan, latihan menghilangkan rasa malu berbicara didepan orang banyak, dan sebagainya kelompok ini sangat bermanfaat.
4.    Itikad dan Sikap Para Anggota Kelompok
Itikad dan sikap para anggota kelompok sangat menentukan kehidupan para. Itikad baik, dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar menanggapi atau menyerang pendapat orang lain, dan sebagainya sangat penting. Sikap para anggota yang dimaksud adalah bahwa setiap anggota dapat memberikan waktu dan kesempatan kepada anggota lain untuk mengemukakan pendapatnya secara leluasa. Jika itikad dan sikap seperti ini tidak berkembang di dalam kelompok, maka kehidupan kelompok yang baik terancam. Jika dalam kelompok itu para anggota merasa terkungkung, tidak bebas atau mereka merasa terpaksa berada di dalam kelompok itu, maka kelompok itupun bias macet. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota kelompok harus merasa bebas dan sukarela memasuki kelompok itu sejak awal kelompok itu memulai kegiatannya. Tuntutan seperti ini seringkali tidak dapat dipenuhi. Beberapa atau banyak diantara anggota itu mula-mula memasuki kelompok dengan rasa enggan atau tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kelompok itu. Dalam hal ini, justru menjadi tugas utama pemimpin kelompoklah membawa mereka itu menjadi anggota yang benar-benar sia ikut serta dalam kegiatan kelompok  dengan itikad dan sikap yang baik.
5.    Kemandirian
Kemandirian merupakan unsur amat penting yang menyangkut anggota kelompok. Dalam kemandiriannya itu masing-masing anggota kelompok tidak begitu saja terbawa oleh pendapat anggota lain, atau tidak begitu saja mengiyakan apa yang dikatakan oleh anggota lain atau pemimpin kelompok. Sebenarnya, hubungan yang dikemukakan pada butir 1 “saling hubungan antara anggota” di atas jika anggota kelompok terbawa meng-iya-kan saja yang dikatakan oleh anggota lain atau pemimpin, maka kehidupan kelompok itu akan “dingin”, atau mungkin bahkan kehidupan ataupun dinamika kelompok itu tidak ada sama sekali. Dalam dinamika kelompok yang dinamis setiap anggota kelompok diharapkan mengembangkan pengembangan perwujudan kediriannya masing-masing. Tentu saja pengembangan perwujudan diri ini tidak boleh melanggar “itikad dan sikap” seperti tersebut pada butir 4 di atas. Lebih jauh lagi kemandirian setiap anggota perlu disertai dengan sikap tenggang rasa yang selaras, serasi dan seimbang. Sekali lagi, dinamika dinamika kelompok yang ditimbulkan dalam bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok ialah dalam rangka membina pribadi yang melahirkan sikap, keterampilan dan keberanian social yang bertenggang rasa.

B.  Anggota Kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan atau kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu, dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran peranan pemimpin kelompok sama sekali. Secara ringkas peranan para anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegas dapat dikatakan bahwa anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu.
1.    Keragaman dan Keseragaman.
Pertimbangan mengenai keragaman dan keseragaman ciri-ciri para anggota kelompok perlu diperhatikan. Ciri-ciri awal di antara anggota  kelompok itu perlu dipertimbangkan sebelum suatu kelompok dibentuk.
a.    Jenis Kelompok
Untuk tujuan-tujuan tertentu mungkin diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah anggota yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Sampai dengan anak umur SLTP pada umumnya akan menguntungkan bila dibentuk kelompok-kelompok dengan anggota yang jenis kelaminnya sama dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya campuran. Anak-anak yang masi muda itu akan lebih bebas berbicara dan mendiskusikan masalah-masalah mereka sendiri dengan teman-teman sejenis. Untuk pemuda-pemuda di SLTA dan perguruan tingg, dan juga untuk orang-orang dewasa, kelompok dengan anggota campuran akan memberikan keuntungan-keuntungan yang sangat berarti.
Namun demikian, pertimbangan tentang keragaman ataupun keseragaman jenis kelamin anggota kelompok ini pada umumnya didasarkan pada tujuan-tujuan tententu yang akan dicapai dengan kegiatan kelompok itu. Misalnya, masalah-masalah yang menyangkut disiplin biasanya lebih baik diolah dalam anggota-anggotanya sejenis, sedangkan masalah-masalah keterampilan bergaul, seperti rasa malu, kurang pandai berkawan, dan sebagainya akan lebih baik digarap dalam kegiatan kelompok dengan anggota campuran.
b.   Umur
Tentang umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikemnbangkan dalam kelompok-kelompok dengan anggota seumur.


c.    Keperibadian
Keragaman atau keseragaman dalam keperibadian anggota kelompok dapat membawa keuntungan ataupun kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu amat besar, maka komunikasi antaranggota itu akan banyak mengalami masalah, dan sebaliknya, jika kesamaan diantara anggota itu sangat besar, hasilnyapun sangat merugikan, yaitu dinamika kelompok dan “kurang hangat.”
Misalnya, kelompok yang seluruh anggotanya termasuk anak-anak yang kurang pandai bergaul akan tidak mampu. Meningkatkan keterampilan anggota-anggotanya itu dalam pergaulan. Sedangkan kelompok dengan anggota campuran, yaitu ada yang pandai dan tidak pandai bergaul, akan secara nyata mampu meningkatkan kemampuan anggota-anggota yang kurang/tidak pandai itu. Tampaknya anggota-anggota yang pandai bergaul itu menjadi contoh bagi kawan-kawannya yang kurang pandai.
d.   Hubungan Awal
Keragaman dan keseragaman anggota kelompok juga menyangkut hubungan awal para anggota kelompok itu sebelum kegiatan kelompok dimulai. Keakraban dapat mewarnai hubungan antaranggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan sebaliknya suasanya keasingan akan dirasakan oleh para anggota yang belum saling mengenal. Namun demikian, jenis kelompok mana yang akan dipilih, seragam atau beragam dalam hal hubungan awal ini, amat tergantung pada tujuan dari kegiatan kelompok itu. Untuk “kelompok tugas” mungkin anggota-anggota yang seragam akan dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Sebaliknya untuk “kelompok bebas”, khususnya dengan tujuan kemampuan hubungan social dengan orang-orang terbaru, anggota-anggota kelompok yang beragam akan lebih dapat memenuhi sasaran.



2.    Peranan Anggota Kelompok
Di atas telah disinggung perlunya terselenggara dinamika kelompok yang benar-benar hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dan membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok. Untuk ini, peranan anggota kelompok amat menentukan. Peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar seperti yang diharapkan ialah :
a.    Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota kelompok
b.    Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok
c.    Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
d.   Membantu tersusunya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik
e.    Benar-benar berusahan untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
f.     Mampu berkomunikasi secara terbuka
g.    Berusaha membantu anggota lain
h.    Member kesempatan kepada angggota lain untuk juga menjalankan peranannya
i.      Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu
3.    Usaha Mempersiapkan Anggota Kelompok
Dalam dinamika kelompok semua anggota kelompok diharapkan dapat melaksanakan semua peranan tersebut di atas. Namun demikian, tentulah dapat dimengerti bahwa anggota-anggota tersebut pada umumnya tidak serta merta sejak awal dimulainya pertemuan sudah mampu berperan seperti itu. Disinilah letak pentingnya peranan pemimpin kelompok dalam mempersiapkan anggota kelompok untuk peranan yang harus dimainkan itu. Dalam hal ini pemimpin kelompok perlu memberitahukan :
a.    Tentang apa-apa yang diharapkan dari para anggota, suasana khusus yang dapat terjadi dalam kelompok itu, dan peranan serta cara-cara yang akan dilakukan oleh pemimpin kelompok.
b.    Bahwa keikut sertaan dalam kelompok itu adalah serba sukarela
c.    Bahwa anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan ataupun menolak saran-saran yang diberikan anggota lain.
d.   Bahwa hasil kegiatan kelompok itu tidak mengikat para anggota kelompok itu dalam kehidupan mereka di luar kelompok (kecuali hal- hal yang menyangkut dengan asas kerahasiaan, dan penerapan hasil pembahasan dalam kelompok).
e.    Bahwa segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok itu sifatnya rahasia. Dalam hal ini semua anggota kelompok (dan juga pemimpin kelompok) perlu memegang teguh kerahasiaan itu.
f.     Penghargaan pemimpin kelompok tentang kesukarelaan dan keberaniaan para anggota mengikuti kegiatan kelompok itu.
Di awal kegiatan kelompok, pemimpin kelompok perlu menjelaskan semua hal tersebut di atas. Setelah penjelasan ini pada umumnya kehidupan kelompok yang sebenarnya dimulai. Tugas pemimpin kelompok adalah memperhatikan tingkat kesiapan anggota-anggota kelompok dalam menjalani kegiatan kelompok itu, yang meliputi kesiapan masing-masing anggota untuk
a.    Mengemukakan pendapatdan / atau isi hatinya
b.    Kesiapan para anggota untuk membebaskan diri dari rasa enggan dan sikap mempertahankan diri.
c.    Dapat menerima tanggapan yang mendalam dan lebih “menyentuh” tentang tingkah lakunya
d.   Mendiskusikan tingkah laku yang secara social tidak bisa dibenarkan
Dalam “kelompok bebas” dengan anggota-anggota yang asing satu sama lain, tugas menyiapkan dan mengikuti tingkat kesiapan anggota seperti itu seringkali tidaklah ringan. Pilihan yang jitu terhadap tahap kesiapan anggota itu dan kebijaksanaan yang bijak diambil oleh pemimpin kelompok sesuai dengan tanggapanya terhadap tingkat kesiapan para anggota akan sangat menentukan keberhasilan kelompok.
Perlu dicatat bahwa suatu kelompok yang anggota-anggotanya disiapkan dengan baik akan benar-benar mampu mencapai tujuan yang dimaksudkan melalui kegiatan kelompok itu. Dalam keadaan tertentu pemimpin kelompok boleh menetepkan ketidakikutan seseorang bila diyakini bahwa keikutsertaan orang itu akan dapat mengacaukan kehidupan kelompok dan menggagalkan pencapaian tujuan yang dimaksud.

C.  Pemimpin Kelompok
Layanan kelompok dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan kelompok-kelompok yang sifat dan tujuannya berbeda-beda. Namun demikian, semua kelompok itu mempunyai kesamaan dalam beberapa hal, seperti : 1. Jumlah anggota kelompok itu terbatas. 2. Memiliki pemimpin kelompok dan pembantu pemimpin kelompok (bila diperlukan). 3. Mempunyai tujuan umum agar anggota kelompok menjalani suatu pengalaman penting tertentu.
1.    Keterampilan dan Sikap serta Peranan Pemimpin Kelompok
Didalam setiap kelompok peranan pemimpin kelompok amatlah penting dan menentukan. Peranan pemimpin ini disesuaikan dengan sifat dan tujuan kelompok.
a.    Keterampilan dan sikap Pemimpin Kelompok
Meskipun peranan itu bisa berbeda-beda, namun jelaslah bahwa setiap pemimpin kelompok, khususnya dalam layanan bombingan dan konseling kelompok (dalam hal ini guru pembimbing) harus menguasai dan mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan kelompok secara efektif. Keterampilan dan sikap ini melipuiti :
1.    Kehendak dan usaha untuk mengenal dan mempelajari dinamika kelompok, fungsi-fungsi pemimpin kelompok dan saling hubungan antarorang-orang didalam suatu kelompok.
2.    Kesediaan menerima orang lain, yaitu orang-orang yang menjadi anggota kelompok, tanpa pamrih pribadi
3.    Kehendak untuk dapat didekati dan membantu tumbuhnya saling hubungan antara anggota kelompok
4.    Kesediaan menerima berbagai pandangan dan sikap yang berbeda, yang barangkali amat berlawanan terhadap pandangan pemimpin kelompok
5.    Pemusatan perhatian terhadap sekaligus suasana, perasaan dan sikap seluruh anggota kelompok dan pemimpin kelompok sendiri
6.    Penimbulan dan pemeliharaan saling hubungan antaranggota kelompok
7.    Pengarahan yang teguh demi tercapainya tujuan bersama yang telah ditetapkan
8.    Keyakinan akan kemanfaatan proses dinamika kelompok sebagai wahana untuk membantu para anggota
9.    Rasa humor, rasa bahagia, dan rasa puas, baik yang dialami oleh pemimpin kelompok sendiri maupun para anggota kelompok
b.   Peranan Pemimpin Kelompok
Sehubungan dengan keterampilan dan sikap yang menyangkut hal-hal tersebut di atas, peranan pemimpin kelompok (dalam bimbingan dan konseling kelompok) dapat di jabarkan sebagai berikut :
1.      Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2.      Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berekembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasana perasaan yang dialami itu.
3.      Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu
4.      Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok
5.      Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok. Pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasan kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi didalam kelompok itu tidak merusak  atau menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia/mereka itu menderita karenanya.
6.      Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul didalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
c.    Tuntunan Terhadap Pemimpin Kelompok
Sebagaimana dikatakan pada bagian terdahulu, pemimpin kelompok harus terus-menerus mengikuti perkembangan kelompoknya dan mengetahui secara tepat tingkat kesiapan anggota-anggota kelompok. Disamping itu, pemimpin kelompok berkewajiban mendengarkan secara aktif segenap apa yang diutarakan oleh anggota kelompok dan menangkap dengan baik bagaimana anggota itu memandang dirinya sendiri. Masalah-masalah tingkah laku yang terungkap oleh anggota kelompok hendaknya anggota tertangkap dengan baik oleh pemimpin kelompok. Hal ini semua dapat menjadi bahan yang amat penting bagi pemimpin kelompok dalam menjalankan fungsi dan peranan seperti diutarakan di atas.
Pemimpin kelompok harus mengetahui benar semua yang terjadi di dalam kelompok itu. Perlu diperhatikan bahwa suasana yang hidup di dalam kelompok itu amatlah menentukan jalannya dan keberhasilan kegiatan kelompok. Ini semua menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.

Sesuai dengan pergantian dasar dari pendekatan kelompok, dalam bimbingan dan konseling. Maka tujuan pokok dari proses dan dinamika kelompok yang ditumbuhkan itu ialah memungkinkan setiap anggota kelompok menerima tanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri, atau hidupnya sendiri, dengan bertenggang rasa terhadap orang lain. Dalam hal ini pemimpin kelompok dituntut untuk pandai memperhatikan setiap tingkah laku (baik ucapan, tindakan, maupun isyarat)  yang ditampilkan oleh setiap anggota kelompok dan memperhatikan keikutsertaan anggota-anggota kelompok dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul. Kelincahan dan keterlibatan pemimpin kelompok dalam hal ini amat menentukan keberhasilan kelompok.
Secara ringkas tuntunan terhadap pemimpin kelompok ialah kesanggupan merangsang diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok, membantu terselenggaranya kegiatan kelompok secara baik, dan menilai proses dinamika kelompok itu sendiri.
Pemimpin kelompok dapat bersikap dan bersifat tut wuri handayani, “mengayomi atau mengawasi”, dan menjadi tokoh bagi para anggota kelompok. Ciri kepemimpinan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan kelompok.
a)   Tut Wuri Handayani
Tipe kepemimpinan yang ditunjukkan oleh pemimpin kelompok amat berpengaruh terhadap proses kegiatan kelompok. Pemimpin yang bersikap tut wuri handayani, yaitu yang mengikuti kegiatan kelompok itu secara cermat, ikut serta didalam “timbul dan tenggelamnya” suasana perasaan yang mewarnai kelompok itu, dan memberikan bantuan secara tepat jika bantuan itu memang diperlukan, merupakan tipe kepemimpinan yang lebih disukai. Dalam suasana kepemimpinan seperti ini, rasa keakraban dan kesegaran hubungan antaranggota akan sangat terasa. Suasana yang seperti ini tentu saja lebih memungkinkan tercapainya tujuan kelompok secara berhasil dan efesien.

b)   Mengayomi vs Mengawasi
Ciri lain dari tipe kepemimpinan di atas ialah sikap menaruh perhatian secara penuh dan mengayomi,. Sikap ini akan bisa mengimbas kepada anggota-anggota kelompok, yaitu dalam bentuk saling hubungan dan rasa kebersamaan yang positif. Jika pemimpin kelompok misalnya mau membuka diri sendiri, maka para anggotapun akan terangsang untuk mau pula untuk membuka diri mereka sendiri. Hasil selanjutnya akan menambah tingkat saling hubungan dan rasa kebersamaan para anggota kelompok.
Pemberian perhatian dan pengayoman itu tidaklah berarti bahwa pemimpin berada di atas anggota kelompok. Pemimpin kelompok hendaklah justru sanggup “memasuki” hubungan antaranggota kelompok itu dan bahkan pemimpin kelompok harus mampu menjadi bagian dari kelompok yang “senasib” dengan seluruh anggota kelompok. Dalam hal ini “menaruh perhatian” berarti benar-benar mengutamakan kepentingan para anggota, dan “mengayomi” berarti mengutamakan keselamatan para anggota itu dengan segenap kepentingannya masing-masing. Dengan wibawa, kebijaksanaan, keterampilan, dan kecermatannya, pemimpin kelompok mampu menjembatani dan mewadahi kepentingan-kepentingan tadi sehingga tidak saling berbenturan dan mewujud dari kepentingan pribadi menjadi kepentingan yang memasyarakat.
Secara lebih lengkap tipe kepemimpinan di atas bersifat tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.
Sebagai pembanding terhadap tipe kepemimpinan di atas dapatlah disebut kepemimpinan yang sifatnya mengawasi. Kepemimpinan ini tidak bersifat menerima segala apa yang diutarakan oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok cenderung melihat kesalahan yang diperbuat anggota kelompok dan berdasarkan kesalahan-kesalahan itulah pemimpin akan mengambil tindakan. Dalam layanan kelompok untuk bimbingan dan konseling, tipe kepemimpinan yang bersifat mengawasi tidak dikehendaki.
c)    Pemimpin Kelompok sebagai Tokoh
Lebih jauh dapat dilihat bahwa, anggota kelompok tentulah akan memberikan tanggapan dan keikutsertaan yang baik terhadap pemimpin yang menyukai mereka, yang mencintai mereka serta menaruh perhatian dan mengayomi mereka. Bahkan bisa lebih dari itu, pemimpin kelompok dapat menjadi tokoh yang akan mereka tiru.  Di samping itu, dari tokoh pemimpin yang baik, para anggota kelompok juga akan memetik dan meniru pemimpin itu bagaimana mengatasi dan menyalurkan dorongan-dorongan yang mendesak dan mencuat keluar dari diri anggota itu (misalnya dorongan untuk menyerang, dorongan untuk mencintai dan dicintai, dan sebagainya). Segi yang ketiga yaitu, pemimpin akan dihargai kerena telah membantu anggota dalam mengatasi berbagai masalah, seperti rasa bersalah, rasa khawatir, pertentangan batin, dan sebagainya. Dalam hal yang terakhir ini, pemimpin telah mampu mewadahi, menyalurkan dan membebaskan anggota dari perasaan yang menyiksa tanpa pemimpin itu menyalahkan ataupun menunjukkan sikap-sikap negative lainnya.














KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil yaitu : dapatlah dikatakan bahwa pemimpin kelompok amatlah penting dan berpengaruh terhadap proses, kegiatan, suasana, dan keberhasilan kelompok itu. Secara singkat pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah sendiri. Orang yang menjadi pemimpin kelompok itu ialah orang yang menghargai orang lain, dipercaya oelh anggota kelompok, mampu menimbulkan suasana percaya pada diri sendiri dan saling percaya mempercayai diantara anggota kelompok, dan mampu mengembangkan tipe kepemimpinan yang “tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada.”

No comments:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.            Latar Belakang Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian dican...