A. Unsur Utama Suasana Kelompok
Dalam
suatu kelompok dikenal adanya anggota kelompok dan pemimpin kelompok. Dibawah
ini diuraikan secara ringkas tentang beberapa hal yang menyangkut anggota dan
pemimpin kelompok itu. Disamping itu, dibahas pula tahap-tahap perkembangan
kehidupan ataupun dinamika kelompok dalam proses layanan bimbingan dan
konseling.
Para
ahli menyebutkan lima hal yang hendaknya diperhatikan dalam menilai apakah
kehidupan dalam sebuah kelompok adalah baik atau kurang baik, yaitu : (1) Saling
hubungan yang dinamis antaranggota. (2) Tujuan bersama. (3) Hubungan antara
besarnya kelompok (banyak anggota) dan sifat kegiatan kelompok. (4) Itikad dan
sikap terhadap orang lain. (5) Kemampuan mandiri.
1.
Saling
Hubungan Antaranggota
Saling
hubungan antaranggota kelompok sangatlah diutamakan. Sebaliknya hubungan antara
anggota dan pemimpin kelompok tidaklah sedemikian penting. Jika dalam kelompok
itu yang ada hanyalah hubungan antara anggota dan pemimpin saja, sedangkan
hubungan antaranggota sama sekali tidak terasa, maka sebenarnya dinamika
kelompok yang dimaksud telah lenyap; kehidupan kelompok yang (terhadap komandan),
natau sekumpulan murid (terhadap guru), atau sekumpulan penonton (terhadap
lakon). Dalam saling hubungan yang dinamis antaranggora kelompok, masing-masing
anggota anggota itu berkepentingan untuk bergulat dengan suasana antarhubungan
itu sendiri, khususnya suasana perasaan yang tumbuh didalan kelompok itu.
Suasana perasaan itu meliputi baik rasa yang diterima maupun ditolak, rasa
cinta dan bencj, rasa berani dan takut, dan sebagainya, yang semuanya itu
menyangkut sikap, reaksi dan tanggapan para anggota yang berdasarkan
keterlibatan dalam saling berhubungan mereka dalam kelompok.
2.
Tujuan
Bersama
Tujuan
bersama adalah pusat dari kegiatan/kehidupan kelompok. Dalam “kelompok tugas”
tujuan bersama kelompok jelas, yaitu menjalankan tugas yang dibebankan kepada
kelompok itu. Dalam hal ini semua anggota kelompok memusatkan dirinya untuk
tujuan itu. Dalam “kelompok bebas” tujuan bersama pada mulanya adalah kabur,
dan justru kelompok itu sendirilah yang harus menetapkan tujuan yang akan
mereka capai. Pada umumnya tujuan bersama dalam “kelompok bebas” ialah
pengembangan pribadi masing-masing anggota kelompok. Tujuan inipun masih kabur;
yang lebih nyata (konkrit), berbunyi : agar masing-masing anggota dapat
mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya serta memperoleh tanggapan
dan reaksi dari anggota lainnya. Tujuan yang nyata baik dalam “kelompok tugas”
maupun “kelompok bebas” hendaknya dimengerti dan diterima oleh semua anggota
kelompok sehingga masing-masing akan bertindak sesuai dengan tujuan itu tanpa
andanya tujuan bersama yang nyata, dimengerti dan diterima itu, maka kelompok
itu akan kacau, dan bahkan para anggota di kelompok itu akan merasa tidak
mantap dan suasana mencekampun dapat terjadi.
3.
Hubungan
Langsung antara Besarnya Kelompok dengan Sifat Kehidupan Kelompok.
Dalam
hal ini ada beberapa jenis kelompok menurut jumlah anggotanya, misalnya
kelompok dua, kelompok tiga, kelompok 4-8, kelompok 8-30. Kelompok dua yaitu
kelompok yang anggotanya hanya dua orang. Kelompok ini adalah kelompok yang
paling ideal untuk menciptakan, keakraban yang paling tinggi, tetapi bahayanya
ada juga yaitu kemungkinan timbulnya pertentangan/pertengkaran diantara mereka
berdua. Suasana negative paling besar kemungkinannya untuk timbul pada kelompok
ini dibandingkan dengan pada kelompok lain.
Kelompok
tiga, yaitu kelompok yang terdiri dari tiga orang. Dinamika saling hubungan
segitiga mungkin dapat tumbuh dengan baik, tetapi bahanya yang terbesar adalah,
salah seorang anggota menjadi terasing jika dua anggota yang lain membuat suatu
“persekutuan.” Sikap dan rasa iri, cemburu, dan sabagainya dapat timbuk karena
persekutuan dan persaingan itu. Untuk “kelompok tugas” biasanya kelompok yang
beranggota tiga orang itu akan lebih dapat bekerja secara efektiv dibandingkan
dengan untuk “kelompok bebas.”
Kelompok
4-8 orang adalah kelompok yang besarnya sedang yang dapat diselenggarakan dalam
rangka bimbingan dan konseling. Jikapun kelompok ini tidak dipimpin oleh
pembimbing kelompok (ahli), kelompok sedang inipun dapat memilih peminpinnya
sendiri atau setidak-tidanya dapat menentukan aturan-aturan tertentu sebagai pegengan
bagi kegiatan seluruh anggota. Kelompok yang sedang besarnya ini biasanya mudah
dikendalikan. Disamping itu, dalam kelompok sendang itu dapat dimunculkan
keragaman diantara anggota-anggotanya sehingga suasana dinamika kehidupan
kelompok dapat “hangat.”
Kelompok
8-30 orang merupakan kelompok yang baik untuk tujua-tujuan pendidikan tertentu.
Namun kelompok itu kurang efektif untuk menciptakan keakraban social dalam
waktu yang singkat. Untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya latihan
kepeminpinan, latihan menghilangkan rasa malu berbicara didepan orang banyak,
dan sebagainya kelompok ini sangat bermanfaat.
4.
Itikad
dan Sikap Para Anggota Kelompok
Itikad
dan sikap para anggota kelompok sangat menentukan kehidupan para. Itikad baik,
dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar menanggapi atau menyerang
pendapat orang lain, dan sebagainya sangat penting. Sikap para anggota yang
dimaksud adalah bahwa setiap anggota dapat memberikan waktu dan kesempatan kepada
anggota lain untuk mengemukakan pendapatnya secara leluasa. Jika itikad dan
sikap seperti ini tidak berkembang di dalam kelompok, maka kehidupan kelompok
yang baik terancam. Jika dalam kelompok itu para anggota merasa terkungkung,
tidak bebas atau mereka merasa terpaksa berada di dalam kelompok itu, maka
kelompok itupun bias macet. Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota kelompok
harus merasa bebas dan sukarela memasuki kelompok itu sejak awal kelompok itu
memulai kegiatannya. Tuntutan seperti ini seringkali tidak dapat dipenuhi.
Beberapa atau banyak diantara anggota itu mula-mula memasuki kelompok dengan
rasa enggan atau tidak tahu apa-apa tentang kehidupan kelompok itu. Dalam hal
ini, justru menjadi tugas utama pemimpin kelompoklah membawa mereka itu menjadi
anggota yang benar-benar sia ikut serta dalam kegiatan kelompok dengan itikad dan sikap yang baik.
5.
Kemandirian
Kemandirian
merupakan unsur amat penting yang menyangkut anggota kelompok. Dalam
kemandiriannya itu masing-masing anggota kelompok tidak begitu saja terbawa
oleh pendapat anggota lain, atau tidak begitu saja mengiyakan apa yang
dikatakan oleh anggota lain atau pemimpin kelompok. Sebenarnya, hubungan yang
dikemukakan pada butir 1 “saling hubungan antara anggota” di atas jika anggota
kelompok terbawa meng-iya-kan saja yang dikatakan oleh anggota lain atau
pemimpin, maka kehidupan kelompok itu akan “dingin”, atau mungkin bahkan
kehidupan ataupun dinamika kelompok itu tidak ada sama sekali. Dalam dinamika
kelompok yang dinamis setiap anggota kelompok diharapkan mengembangkan
pengembangan perwujudan kediriannya masing-masing. Tentu saja pengembangan
perwujudan diri ini tidak boleh melanggar “itikad dan sikap” seperti tersebut
pada butir 4 di atas. Lebih jauh lagi kemandirian setiap anggota perlu disertai
dengan sikap tenggang rasa yang selaras, serasi dan seimbang. Sekali lagi,
dinamika dinamika kelompok yang ditimbulkan dalam bimbingan dan konseling
melalui pendekatan kelompok ialah dalam rangka membina pribadi yang melahirkan
sikap, keterampilan dan keberanian social yang bertenggang rasa.
B. Anggota Kelompok
Keanggotaan
merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Tanpa anggota
tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan atau kehidupan kelompok itu sebagian
besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan
terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan
lebih dari itu, dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan
kegiatan tanpa kehadiran peranan pemimpin kelompok sama sekali. Secara ringkas
peranan para anggota kelompok sangatlah menentukan. Lebih tegas dapat dikatakan
bahwa anggota kelompok justru merupakan badan dan jiwa kelompok itu.
1.
Keragaman
dan Keseragaman.
Pertimbangan
mengenai keragaman dan keseragaman ciri-ciri para anggota kelompok perlu
diperhatikan. Ciri-ciri awal di antara anggota
kelompok itu perlu dipertimbangkan sebelum suatu kelompok dibentuk.
a.
Jenis
Kelompok
Untuk
tujuan-tujuan tertentu mungkin diperlukan pembentukan kelompok dengan jumlah
anggota yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Sampai dengan anak umur
SLTP pada umumnya akan menguntungkan bila dibentuk kelompok-kelompok dengan
anggota yang jenis kelaminnya sama dibandingkan dengan kelompok yang anggotanya
campuran. Anak-anak yang masi muda itu akan lebih bebas berbicara dan
mendiskusikan masalah-masalah mereka sendiri dengan teman-teman sejenis. Untuk
pemuda-pemuda di SLTA dan perguruan tingg, dan juga untuk orang-orang dewasa,
kelompok dengan anggota campuran akan memberikan keuntungan-keuntungan yang
sangat berarti.
Namun
demikian, pertimbangan tentang keragaman ataupun keseragaman jenis kelamin
anggota kelompok ini pada umumnya didasarkan pada tujuan-tujuan tententu yang
akan dicapai dengan kegiatan kelompok itu. Misalnya, masalah-masalah yang
menyangkut disiplin biasanya lebih baik diolah dalam anggota-anggotanya
sejenis, sedangkan masalah-masalah keterampilan bergaul, seperti rasa malu,
kurang pandai berkawan, dan sebagainya akan lebih baik digarap dalam kegiatan
kelompok dengan anggota campuran.
b.
Umur
Tentang
umur, pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikemnbangkan dalam
kelompok-kelompok dengan anggota seumur.
c.
Keperibadian
Keragaman
atau keseragaman dalam keperibadian anggota kelompok dapat membawa keuntungan
ataupun kerugian tertentu. Jika perbedaan diantara para anggota itu amat besar,
maka komunikasi antaranggota itu akan banyak mengalami masalah, dan sebaliknya,
jika kesamaan diantara anggota itu sangat besar, hasilnyapun sangat merugikan,
yaitu dinamika kelompok dan “kurang hangat.”
Misalnya,
kelompok yang seluruh anggotanya termasuk anak-anak yang kurang pandai bergaul
akan tidak mampu. Meningkatkan keterampilan anggota-anggotanya itu dalam
pergaulan. Sedangkan kelompok dengan anggota campuran, yaitu ada yang pandai
dan tidak pandai bergaul, akan secara nyata mampu meningkatkan kemampuan
anggota-anggota yang kurang/tidak pandai itu. Tampaknya anggota-anggota yang
pandai bergaul itu menjadi contoh bagi kawan-kawannya yang kurang pandai.
d.
Hubungan
Awal
Keragaman
dan keseragaman anggota kelompok juga menyangkut hubungan awal para anggota
kelompok itu sebelum kegiatan kelompok dimulai. Keakraban dapat mewarnai
hubungan antaranggota kelompok yang sudah saling bergaul sebelumnya, dan
sebaliknya suasanya keasingan akan dirasakan oleh para anggota yang belum
saling mengenal. Namun demikian, jenis kelompok mana yang akan dipilih, seragam
atau beragam dalam hal hubungan awal ini, amat tergantung pada tujuan dari
kegiatan kelompok itu. Untuk “kelompok tugas” mungkin anggota-anggota yang
seragam akan dapat menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Sebaliknya untuk
“kelompok bebas”, khususnya dengan tujuan kemampuan hubungan social dengan
orang-orang terbaru, anggota-anggota kelompok yang beragam akan lebih dapat
memenuhi sasaran.
2.
Peranan
Anggota Kelompok
Di
atas telah disinggung perlunya terselenggara dinamika kelompok yang benar-benar
hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dan membuahkan manfaat bagi
masing-masing anggota kelompok. Untuk ini, peranan anggota kelompok amat
menentukan. Peranan yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar
dinamika kelompok itu benar-benar seperti yang diharapkan ialah :
a. Membantu
terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota kelompok
b. Mencurahkan
segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok
c. Berusaha
agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama
d. Membantu
tersusunya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik
e. Benar-benar
berusahan untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
f. Mampu
berkomunikasi secara terbuka
g. Berusaha
membantu anggota lain
h. Member
kesempatan kepada angggota lain untuk juga menjalankan peranannya
i.
Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
itu
3.
Usaha
Mempersiapkan Anggota Kelompok
Dalam
dinamika kelompok semua anggota kelompok diharapkan dapat melaksanakan semua
peranan tersebut di atas. Namun demikian, tentulah dapat dimengerti bahwa
anggota-anggota tersebut pada umumnya tidak serta merta sejak awal dimulainya
pertemuan sudah mampu berperan seperti itu. Disinilah letak pentingnya peranan
pemimpin kelompok dalam mempersiapkan anggota kelompok untuk peranan yang harus
dimainkan itu. Dalam hal ini pemimpin kelompok perlu memberitahukan :
a. Tentang
apa-apa yang diharapkan dari para anggota, suasana khusus yang dapat terjadi
dalam kelompok itu, dan peranan serta cara-cara yang akan dilakukan oleh
pemimpin kelompok.
b. Bahwa
keikut sertaan dalam kelompok itu adalah serba sukarela
c. Bahwa
anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan ataupun menolak
saran-saran yang diberikan anggota lain.
d. Bahwa
hasil kegiatan kelompok itu tidak mengikat para anggota kelompok itu dalam
kehidupan mereka di luar kelompok (kecuali hal- hal yang menyangkut dengan asas
kerahasiaan, dan penerapan hasil pembahasan dalam kelompok).
e. Bahwa
segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok itu sifatnya
rahasia. Dalam hal ini semua anggota kelompok (dan juga pemimpin kelompok)
perlu memegang teguh kerahasiaan itu.
f. Penghargaan
pemimpin kelompok tentang kesukarelaan dan keberaniaan para anggota mengikuti
kegiatan kelompok itu.
Di
awal kegiatan kelompok, pemimpin kelompok perlu menjelaskan semua hal tersebut
di atas. Setelah penjelasan ini pada umumnya kehidupan kelompok yang sebenarnya
dimulai. Tugas pemimpin kelompok adalah memperhatikan tingkat kesiapan
anggota-anggota kelompok dalam menjalani kegiatan kelompok itu, yang meliputi kesiapan
masing-masing anggota untuk
a. Mengemukakan
pendapatdan / atau isi hatinya
b. Kesiapan
para anggota untuk membebaskan diri dari rasa enggan dan sikap mempertahankan
diri.
c. Dapat
menerima tanggapan yang mendalam dan lebih “menyentuh” tentang tingkah lakunya
d. Mendiskusikan
tingkah laku yang secara social tidak bisa dibenarkan
Dalam
“kelompok bebas” dengan anggota-anggota yang asing satu sama lain, tugas
menyiapkan dan mengikuti tingkat kesiapan anggota seperti itu seringkali
tidaklah ringan. Pilihan yang jitu terhadap tahap kesiapan anggota itu dan
kebijaksanaan yang bijak diambil oleh pemimpin kelompok sesuai dengan
tanggapanya terhadap tingkat kesiapan para anggota akan sangat menentukan
keberhasilan kelompok.
Perlu
dicatat bahwa suatu kelompok yang anggota-anggotanya disiapkan dengan baik akan
benar-benar mampu mencapai tujuan yang dimaksudkan melalui kegiatan kelompok
itu. Dalam keadaan tertentu pemimpin kelompok boleh menetepkan ketidakikutan
seseorang bila diyakini bahwa keikutsertaan orang itu akan dapat mengacaukan
kehidupan kelompok dan menggagalkan pencapaian tujuan yang dimaksud.
C. Pemimpin Kelompok
Layanan
kelompok dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan kelompok-kelompok
yang sifat dan tujuannya berbeda-beda. Namun demikian, semua kelompok itu
mempunyai kesamaan dalam beberapa hal, seperti : 1. Jumlah anggota kelompok itu
terbatas. 2. Memiliki pemimpin kelompok dan pembantu pemimpin kelompok (bila
diperlukan). 3. Mempunyai tujuan umum agar anggota kelompok menjalani suatu
pengalaman penting tertentu.
1.
Keterampilan
dan Sikap serta Peranan Pemimpin Kelompok
Didalam
setiap kelompok peranan pemimpin kelompok amatlah penting dan menentukan.
Peranan pemimpin ini disesuaikan dengan sifat dan tujuan kelompok.
a.
Keterampilan
dan sikap Pemimpin Kelompok
Meskipun
peranan itu bisa berbeda-beda, namun jelaslah bahwa setiap pemimpin kelompok,
khususnya dalam layanan bombingan dan konseling kelompok (dalam hal ini guru
pembimbing) harus menguasai dan mengembangkan kemampuan (keterampilan) dan
sikap yang memadai untuk terselenggaranya proses kegiatan kelompok secara
efektif. Keterampilan dan sikap ini melipuiti :
1. Kehendak
dan usaha untuk mengenal dan mempelajari dinamika kelompok, fungsi-fungsi
pemimpin kelompok dan saling hubungan antarorang-orang didalam suatu kelompok.
2. Kesediaan
menerima orang lain, yaitu orang-orang yang menjadi anggota kelompok, tanpa
pamrih pribadi
3. Kehendak
untuk dapat didekati dan membantu tumbuhnya saling hubungan antara anggota
kelompok
4. Kesediaan
menerima berbagai pandangan dan sikap yang berbeda, yang barangkali amat
berlawanan terhadap pandangan pemimpin kelompok
5. Pemusatan
perhatian terhadap sekaligus suasana, perasaan dan sikap seluruh anggota
kelompok dan pemimpin kelompok sendiri
6. Penimbulan
dan pemeliharaan saling hubungan antaranggota kelompok
7. Pengarahan
yang teguh demi tercapainya tujuan bersama yang telah ditetapkan
8. Keyakinan
akan kemanfaatan proses dinamika kelompok sebagai wahana untuk membantu para
anggota
9. Rasa
humor, rasa bahagia, dan rasa puas, baik yang dialami oleh pemimpin kelompok
sendiri maupun para anggota kelompok
b.
Peranan
Pemimpin Kelompok
Sehubungan
dengan keterampilan dan sikap yang menyangkut hal-hal tersebut di atas, peranan
pemimpin kelompok (dalam bimbingan dan konseling kelompok) dapat di jabarkan
sebagai berikut :
1.
Pemimpin kelompok dapat memberikan
bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.
Campur tangan ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang
dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri.
2.
Pemimpin kelompok memusatkan perhatian
pada suasana perasaan yang berekembang dalam kelompok itu, baik perasaan
anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan
suasana perasaan yang dialami itu.
3.
Jika kelompok itu tampaknya kurang
menjurus ke arah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah
yang dimaksudkan itu
4.
Pemimpin kelompok juga perlu memberikan
tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok, baik
yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok
5.
Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga
diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok. Pemegang aturan
permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasan
kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai
penjaga agar apapun yang terjadi didalam kelompok itu tidak merusak atau menyakiti satu orang atau lebih anggota
kelompok sehingga ia/mereka itu menderita karenanya.
6.
Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok
itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul didalamnya, juga
menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
c.
Tuntunan
Terhadap Pemimpin Kelompok
Sebagaimana
dikatakan pada bagian terdahulu, pemimpin kelompok harus terus-menerus
mengikuti perkembangan kelompoknya dan mengetahui secara tepat tingkat kesiapan
anggota-anggota kelompok. Disamping itu, pemimpin kelompok berkewajiban
mendengarkan secara aktif segenap apa yang diutarakan oleh anggota kelompok dan
menangkap dengan baik bagaimana anggota itu memandang dirinya sendiri.
Masalah-masalah tingkah laku yang terungkap oleh anggota kelompok hendaknya
anggota tertangkap dengan baik oleh pemimpin kelompok. Hal ini semua dapat menjadi
bahan yang amat penting bagi pemimpin kelompok dalam menjalankan fungsi dan
peranan seperti diutarakan di atas.
Pemimpin
kelompok harus mengetahui benar semua yang terjadi di dalam kelompok itu. Perlu
diperhatikan bahwa suasana yang hidup di dalam kelompok itu amatlah menentukan
jalannya dan keberhasilan kegiatan kelompok. Ini semua menjadi tanggung jawab
pemimpin kelompok.
Sesuai
dengan pergantian dasar dari pendekatan kelompok, dalam bimbingan dan
konseling. Maka tujuan pokok dari proses dan dinamika kelompok yang ditumbuhkan
itu ialah memungkinkan setiap anggota kelompok menerima tanggung jawab atas
tingkah lakunya sendiri, atau hidupnya sendiri, dengan bertenggang rasa
terhadap orang lain. Dalam hal ini pemimpin kelompok dituntut untuk pandai
memperhatikan setiap tingkah laku (baik ucapan, tindakan, maupun isyarat) yang ditampilkan oleh setiap anggota kelompok
dan memperhatikan keikutsertaan anggota-anggota kelompok dalam memecahkan
masalah-masalah yang timbul. Kelincahan dan keterlibatan pemimpin kelompok
dalam hal ini amat menentukan keberhasilan kelompok.
Secara
ringkas tuntunan terhadap pemimpin kelompok ialah kesanggupan merangsang
diawalinya kegiatan-kegiatan kelompok, membantu terselenggaranya kegiatan
kelompok secara baik, dan menilai proses dinamika kelompok itu sendiri.
Pemimpin
kelompok dapat bersikap dan bersifat tut wuri handayani, “mengayomi atau
mengawasi”, dan menjadi tokoh bagi para anggota kelompok. Ciri kepemimpinan ini
akan mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan kelompok.
a)
Tut
Wuri Handayani
Tipe
kepemimpinan yang ditunjukkan oleh pemimpin kelompok amat berpengaruh terhadap
proses kegiatan kelompok. Pemimpin yang bersikap tut wuri handayani, yaitu yang
mengikuti kegiatan kelompok itu secara cermat, ikut serta didalam “timbul dan
tenggelamnya” suasana perasaan yang mewarnai kelompok itu, dan memberikan
bantuan secara tepat jika bantuan itu memang diperlukan, merupakan tipe
kepemimpinan yang lebih disukai. Dalam suasana kepemimpinan seperti ini, rasa
keakraban dan kesegaran hubungan antaranggota akan sangat terasa. Suasana yang
seperti ini tentu saja lebih memungkinkan tercapainya tujuan kelompok secara
berhasil dan efesien.
b)
Mengayomi
vs Mengawasi
Ciri
lain dari tipe kepemimpinan di atas ialah sikap menaruh perhatian secara penuh
dan mengayomi,. Sikap ini akan bisa mengimbas kepada anggota-anggota kelompok,
yaitu dalam bentuk saling hubungan dan rasa kebersamaan yang positif. Jika
pemimpin kelompok misalnya mau membuka diri sendiri, maka para anggotapun akan
terangsang untuk mau pula untuk membuka diri mereka sendiri. Hasil selanjutnya
akan menambah tingkat saling hubungan dan rasa kebersamaan para anggota
kelompok.
Pemberian
perhatian dan pengayoman itu tidaklah berarti bahwa pemimpin berada di atas
anggota kelompok. Pemimpin kelompok hendaklah justru sanggup “memasuki”
hubungan antaranggota kelompok itu dan bahkan pemimpin kelompok harus mampu
menjadi bagian dari kelompok yang “senasib” dengan seluruh anggota kelompok.
Dalam hal ini “menaruh perhatian” berarti benar-benar mengutamakan kepentingan para
anggota, dan “mengayomi” berarti mengutamakan keselamatan para anggota itu
dengan segenap kepentingannya masing-masing. Dengan wibawa, kebijaksanaan,
keterampilan, dan kecermatannya, pemimpin kelompok mampu menjembatani dan
mewadahi kepentingan-kepentingan tadi sehingga tidak saling berbenturan dan
mewujud dari kepentingan pribadi menjadi kepentingan yang memasyarakat.
Secara lebih lengkap tipe
kepemimpinan di atas bersifat tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing
ngarsa sung tulada.
Sebagai
pembanding terhadap tipe kepemimpinan di atas dapatlah disebut kepemimpinan
yang sifatnya mengawasi. Kepemimpinan ini tidak bersifat menerima segala apa
yang diutarakan oleh anggota kelompok. Pemimpin kelompok cenderung melihat
kesalahan yang diperbuat anggota kelompok dan berdasarkan kesalahan-kesalahan
itulah pemimpin akan mengambil tindakan. Dalam layanan kelompok untuk bimbingan
dan konseling, tipe kepemimpinan yang bersifat mengawasi tidak dikehendaki.
c)
Pemimpin
Kelompok sebagai Tokoh
Lebih
jauh dapat dilihat bahwa, anggota kelompok tentulah akan memberikan tanggapan
dan keikutsertaan yang baik terhadap pemimpin yang menyukai mereka, yang
mencintai mereka serta menaruh perhatian dan mengayomi mereka. Bahkan bisa
lebih dari itu, pemimpin kelompok dapat menjadi tokoh yang akan mereka
tiru. Di samping itu, dari tokoh
pemimpin yang baik, para anggota kelompok juga akan memetik dan meniru pemimpin
itu bagaimana mengatasi dan menyalurkan dorongan-dorongan yang mendesak dan
mencuat keluar dari diri anggota itu (misalnya dorongan untuk menyerang,
dorongan untuk mencintai dan dicintai, dan sebagainya). Segi yang ketiga yaitu,
pemimpin akan dihargai kerena telah membantu anggota dalam mengatasi berbagai
masalah, seperti rasa bersalah, rasa khawatir, pertentangan batin, dan
sebagainya. Dalam hal yang terakhir ini, pemimpin telah mampu mewadahi,
menyalurkan dan membebaskan anggota dari perasaan yang menyiksa tanpa pemimpin
itu menyalahkan ataupun menunjukkan sikap-sikap negative lainnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat diambil yaitu : dapatlah dikatakan bahwa pemimpin kelompok amatlah
penting dan berpengaruh terhadap proses, kegiatan, suasana, dan keberhasilan
kelompok itu. Secara singkat pemimpin kelompok adalah orang yang mampu
menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana
mengatasi masalah-masalah sendiri. Orang yang menjadi pemimpin kelompok itu
ialah orang yang menghargai orang lain, dipercaya oelh anggota kelompok, mampu
menimbulkan suasana percaya pada diri sendiri dan saling percaya mempercayai
diantara anggota kelompok, dan mampu mengembangkan tipe kepemimpinan yang “tut wuri handayani, ing madya mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada.”
No comments:
Post a Comment