Wednesday, December 28, 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.           Latar Belakang
Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian dicangkokkan ke dalam tubuh orang lain yang mengalami gangguan fungsi ginjal yang berat dan permanen. Saat ini, transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan pada gagal ginjal kronik stadium akhir yang mampu memberikan kualitas hidup menjadi normal kembali.
Transplantasi ginjal telah banyak dilaksanakan di seluruh dunia, sejumlah lebih dari 20.000 orang tiap tahun. Di Singapura telah dilakukan lebih dari 842 transplantasi ginjal dengan total donor cadaver 588 dan 282 donor hidup. Di Indonesia sejak tahun 1977 hingga sekarang baru mampu mengerjakan sekitar 300 lebih transplantasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih menerapkan sistem donor hidup.4 Di Bali, selama enambelas tahun terakhir 46 pasien (35 orang laki-laki dan 11 orang perempuan) penyakit ginjal stadium akhir menjalani transplantasi ginjal, sebagian besar diantaranya dikerjakan di luar negeri dengan menggunakan donor cadaver.
Pada dasarnya tujuan utama transplantasi ginjal adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup bagi penderita gagal ginjal. Kelangsungan hidup pasien-pasien transplantasi ginjal ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita, persiapan pratransplantasi, pendekatan bedah yang diambil pada waktu transplantasi dan penatalaksanaan penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat-obat imunosupresif.

1.2.          Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah bagaimana  Asuhan keperawatan pada pasien transplantasi ginjal.

1.3.          Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan transplantasi ginjal.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.           Defenisi
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain (Baratawidjaja, 2006).
Transplantasi ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang ditransfer dari satu individu ke individu lain (Lucman and Sorensen).
Transplantasi ginjal merupakan insersi pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup atau ginjal cadaver kepada klien dengan penyakit ginjal tahap akhir,untuk mengganti hilangnya fungsi ginjal yang normal (Gorzemen and Bawdain).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZrexiIrwIYZdlGvEiziQY2pUZl-4cOKXueWtsFmEnGcY-VST48cXPwDhGZLemf0OwVx5pCegM7_uRmzLoPu0IRi-1kxYVQN93Ts1bDSuVu2u8BkTDPL8nclskRb9P1VetkqOw6syDgjtt/s1600/ginjayl.jpg
 











2.2.         Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin.

2.2.1  Letak
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUMUXteBLXyWPiLtYnaUEkZWVgUTocYcOU-Urn0aN4Tk0rO-gtGJPmMYNf6kBYGKYSiSEUtat2MA_qaEaWltHlgCl6hvuQk0Rx5i7AvCOIyI7Gz_kBd38yiGoQgAWepUnOTd39uNQ5B6c/s1600/ginjal.jpgPotongan membujur ginjal:







                                                             Gambar 2.1 Potongan Membujur Ginjal
      2.2.2  Struktur Detail
Pada orang dewasa, setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

2.2.3  Bagian Ginjal
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

2.3.          Etiologi
Penyakit gagal ginjal terminal (stadium terakhir)


2.4.           Beberapa terminologi dalam transplantasi, yaitu
a.       Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu yang sama.
b.      Isograft adlah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari saudara kembar.
c.       Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu dain dalam spesies yang sama.
d.      Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari spesies yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan kepada manusia.

  2.5.     Komplikasi
a.       Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut, akut, dan kronis.
b.      Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling serius memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu. Infeksi sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.
c.       Komplikasi sistem urinaria
Salah satunya adalah terputusnya ginjal secara spontan. Komplikasi yang lain adalah bocornya urine dari ureteral bladder anastomosis yang menyebabkan terjadinya urinoma yang dapat memberi tekanan pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi ginjal.



d.      Komplikasi kardiovaskular
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada 50%-60% penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan jenis kronik dan akut, hidronefrosis.
e.       Komplikasi pernafasan
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang sering terjadi.
f.       Komplikasi gastrointestinal
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-obatan hepatotoksik.
g.      Komplikasi kulit
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama karena status nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.
h.      Komplikasi-komplikasi yang lain
Sistem lain juga diakibatkan oleh komplikasi sesudah pencangkokan diabetes militus yang disebabkan oleh steroid, mungkin bisa berkembang. Akibat terhadap muskuluskeletal yang termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang aseptik adalah utamanya disebabkan oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi yang digambarkan dalam frekuensi CRF muncul setelah transplantasi.

2.6.  Syarat-Syarat Transplantasi Ginjal
a.       Recipient:
·      Usia 13-60 tahun
·      Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, Jantung
·      Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus patuh minum obat
·      Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
·      Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal.
b.      Donor :
·      Usia 18-50 tahun
·      Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
·      Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
·      Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk fungsi ginjal dan komplikasi setelah operasi
·      Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal.
2.7     Persiapan Transplantasi Ginjal
a.       Persiapan resipient dan keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan bahwa semua upaya dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan pendonoran dan perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara psikologis, terutama saat mereka mencoba menerima donor dari mayat, serta sebagai koordinator transplan yaitu memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk memberikan surat persetujuan.
b.      Persiapan donor dan keluarga
Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya spesifikasinya 2jam sebelum operasi resipient dan donor dikompres dengan cairan bethadin pada daerah yang akan dioperasi dan setelah operasi resipient masuk kedalam ruangan khusus dan steril.
c.       Persiapan ruangan dan peralatan
Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,semua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari ultraviolet selama 24jam. Resipient transplantasi biasanya dirawat dalam area lengkap yang dirancang secara khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk menghindari pemindahan pasien, menurunkan resiko terhadap infeksi bagi pasien yang mengalami imunosupresan.
d.      Persiapan pasien sebelum operasi
Persiapan ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat penyakit yang lalu (mis: HT,DM,kanker), tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur transplan,efek samping dari pembedahan juga termasuk pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP),pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, pola eliminasi urine, adakah tanda-tanda infeksi, gangguan pernafasan, tanda-tanda kelebihan/kekurangan cairan elektrolit) dan dialisis dalam 24 jam pembedahan. Dialisis ini dilakukan untuk menggembalikan kimia darah ke kadar mendekati normal, memperbaiki perubahan agregasi trombosis yang ditimbulkan oleh uremia dan mengeluarkan kelebihan cairan.
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi, tetapi bila donor mayat/cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.

e.       Persiapan pasien setelah transplantasi ginjal
·         Setelah operasi pasien langsung ditempatkan diruangan khusus yang telah disediakan peralatan dan obat-obatan
·         Memonitor tanda-tanda vital, tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri
·         Menghitung jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insisi, jenis cairan dan kecepatan tetesan
·         Monitor balutan abdomen dan catat apakah ada drain
·         Catat dan amati letak kateter urether serta drainase urine dari tiap kateter
·         Temukan akses vaskuler dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi denyutan disebut desiran (bruit)
·         Bila terpasang NGT sambungkan selang tersebut ke sistim drainase yang sesuai
·         Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka, ini merupakan informasi dasar yang digunakan nanti untuk pengkajian ada tidaknya komplikasi (mis: kebocoran uretra, limfosel atau perdarahan)

2.8.   Faktor-faktor yang berperan dalam keberhasilan transplantasi ginjal
a.       Donor ginjal
Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum dihadapai di seluruh dunia. Kebanyakan negara maju telah menggunakan donor jenasah (cadaveric donor). Sedangkan negara-negara di Asia masih banyak mempergunakan donor hidup (living donor). Donor hidup dapat berasal dari individu yang mempunyai hubungan keluarga (living related donor) atau tidak ada hubungan keluarga (living non related donor). Kemungkinan mempergunakan donor hidup bukan keluarga berkembang menjadi suatu masalah yang peka, yaitu komersialisasi organ tubuh.
b.      Resipien Ginjal
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani transplantasi ginjal harus dinilai oleh tim transplantasi. Setelah itu dilakukan evaluasi dan persiapan untuk transplantasi. Frekuensi dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk mencapai keadaan seoptimal mungkin pada saat menjalani operasi.
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan adanya hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran kemih. Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk pertanda infeksi virus (hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG, EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT.
c.       Imunologi transplantasi
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien agar transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang utama. Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan memeriksa pola HLA.
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi rejeksi. Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak benda asing yang masuk ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada transplantasi ginjal Reaksi hiperakut, Rejeksi akut, Rejeksi kronik

































BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL


3.1.       Pengkajian
1)      Anamnese
a)      Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat, no register, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa medis
b)      Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
c)      Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak, urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
d)     Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
e)      Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatn apa.


f)       Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
g)      Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan gangguan peran pada keluarga.
h)      Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah, dll.
2)      Pemeriksaan Fisik
a)      Keadaan umum dan TTV
b)      Sistem Pernafasan
c)      Sistem Hematologi
d)     Sistem Neuromuskular
e)      Sistem Kardiovaskuler
f)       Sistem Endokrin
g)      Sistem Perkemihan
h)      Sistem pencernaan
i)        Sistem Muskuloskeletal

3.2.         Diagnosa Keperawatan
a.       Pre Operasi
1.      Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari transplantasi ginjal.
b.      Post Operasi
1.      Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
2.      Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ;
3.      resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi

3.3.         Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
No.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Dx 1
Tujuan: menurunkan anxietas dan cemas praoperatif
Kriteria hasil :
- Rasa cemas berkurang
- Pasien dapat menyebutkan proses transplantasi ginjal
- Wajah rileks.

a.       Kaji tingkat ketakutan dan kecemasan pasien sebelum dilakukan pembedahan
b.      Dorong pasien untuk mengutarakan dengan kata-kata reaksi , perasaan dan ketakutannya.
c.       Dorong pasien untuk membagi perasaanya denagn pasangannya.
a.       Memberi data dasar untuk pengkajian praoperatif
b.      verbalisasi respon sering diperlukan untuk mengkaji pemahan pasien terhadap hal-hal tersebut dan pemecahannya.
c.       memudahkan pasien dan pasanagnya untuk menerima dukungan bersama dan mengurangi perasaan terisolasi satu sama lain.

Post Operasi
No.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Dx 1
Tujuan : pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman
Kriteria Hasil :
-      Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri
-      Ungkapan rasa nyeri berkurang/hilang
-      Ekpresi wajah tenang.

a.       kaji tingkat nyeri pasien






b.      Ajarkan tehnik relaksasi (latih nafas dalam)


c.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik, oksigen dan pemeriksaan penunjang
a.       memberikan data dasar untuk mengevaluasi keberhasilan strategi dalam meredakan rasa nyeri

b.      Mengurangi Rasa Nyeri


c.       Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui obat.



2.
Dx 2
Tujuan : mempertahankan eliminasi urin ; saluran kemih yang bebas dari infeksi.
Kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan keluaran urine yang adekuat.

a.       kaji keadekuatan keluaran urin dan potensi system drainase
b.      observasi warna , volume, bau dan konstituen urin






c.       pertahankan asupan cairan yang adekuat
a.       memberikan data dasar


b.      memberikan informasi mengenai kecukupan keluaran urin, kondisi dan patensi system drainase, serta debris dalam urin
c.       meningkatkan keluaran urin yang adekuat dan mencegah stasis urinarius.
3.
Dx 3
Tujuan: Resiko infeksi dapat dicegah
 Kriteria Hasil :
- Pasien akan mengalami penyembuhan jaringan normal
- Pasien tidak demam, insisi kering, urine jernih/kuning tanpa sediment, paru-paru bersih.

a.       Lakukan cuci tangan dengan bersih sebelum, selama, dan setelah merawat pasien.
b.      Periksa suhu tubuh setiap 4 jam.
c.       Pertahankan lingkungan yang bersih.
d.      Berikan nutrisi yang adekuat.
a.       Mencegah terjadinya kontaminasi melalui tangan
b.      Mengetahui adanya perubahan suhu
c.       Menjaga kenyamanan pasien
d.      Meningkatkan nutrisi, mengembalikan nutrisi tubuh












BAB IV
PENUTUP

4.1.        Kesimpulan
Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.

4.2.        Saran
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut. Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.
Kita harus senantiasa merawat ginjal kita dengan cara minum yang banyak tiap harinya antara 8-10 gelas/ hari agar ginjal kita tidak cepat rusak dan aktivitas kerja dalam ginjal tetap terjaga sehingga tidak perlu mengadakan pencangkokan atau membawa dari ginjal orang lain.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna maka dari itu penulis minta kritik dan saran yang membangun untuk kelancaran pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan untuk pembaca umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit:FKUI.

Born B Colin. 2002. Manual Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta

Green H.J. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara Publisher : Tangerang

Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. EGC : Jakarta


Diunduh dari http://healthyenthusiast.com/transplantasi-dan-cangkok-ginjal.html  pada tanggal 19 Januari 2013 pukul 12.00 wib

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.            Latar Belakang Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian dican...