Monday, December 8, 2014

PERANAN BIMBINGAN KONSELING TERKAIT DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA



BAB I
PENDAHULUAN

1.    LATAR BELAKANG
Masa remaja awal atau masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai dengan perubahan-perubahan perkembangan yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan. Umumnya usia remaja awal berkisar antara 12-14 tahun. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Menurut Hall (dalam Liebert dan kawan-kawan,1974:478) mengatakan bahwa amasa remaja ini sebagai masa  “storm and stress”. Ia mengatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang kita hadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya(identitas)- kebutuhan aktualisasi diri. Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan agar ia dapat mengaktualisasi diri secara baik.

2.  RUMUSAN MASALAH
1.  Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosial remaja ?
2.  Apa saja faktor yang menyebabkan remaja cenderung menjauhi orang tuanya?
3.  Bagaimana ciri perkembangan sosial pada masa - masa puber ?

3.  TUJUAN
Untuk mengetahui makna perkembangan sosial remaja dan karakteristik perkembangan remaja serta faktor-faktor yang menyebabkan remaja cenderung menjauhi orang tua.

 
BAB II
PEMBAHASAN

1.    PERKEMBANGAN SOSIAL PADA REMAJA
Perkembangan sosial yaitu perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial,memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosial nya.
Perkembangan sosial pada masa remaja(pubertas) merupakan masa yang unik, masa pencarian identitas diri dan ditandai dengan perkembangan fisik dan fisikis anak. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis nya dan mengadakan kencan-kencan(dating), dan pada masa inilah mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua. Anak lebih mementingkan teman dari pada keluarga dan mulai timbul banyak pertentangan dengan orang tua.

a)    Kelompok teman sebaya
Perkembangan masa puber berhubungan dengan pemasakan sexsual yang mengakibatkan perubahan dalam perkembangan sosial, sifat yang khas dalam kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa tadi terdiri dari pada jenis kelamin yang sama sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani melakukan kegiatan dengan lawan jenisnya. Selain itu seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman teman atau tetangga adalah anggota kelompok remaja. Misalnya kelompok teman sebaya pada massa remaja cenderung  memiliki suatu campuran individu – individu dari berbagai kelompok.
Intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Namun hal ini berbahaya bagi pembentukan bagi identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada mengembangkan pola pribadi.
b)   Melepas dari orang tua
Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju kearah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap intern anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu disprepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial pada milienium orang tua. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan – pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya :
1.    Perbedaan standar prilaku
Remaja awal sering menganggap bahwa standar prilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern.
2.    Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonominya tidak memungkinkan mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya.
3.    Prilaku yang kurang matang
Biasanya orang tua mengembangkan pola menghukum bila para remaja mengabaikan tugas tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab dan jajan semaunya.
4.    Masalah palang pintu
Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melanggar peraturan.
5.    Metode disiplin
Jika metodedisiplin yang diterapkan  orang tua dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan maka remaja akan memberontak.

 

2.             CIRI-CIRI PERKEMBANGAN SOSIAL PADA MASA PUBER
Umumnya usia remaja awal berkisar antara 12 sampai dengan 14 tahun. Ciri-ciri yang penting pada masa puber adalah sebagai berikut:
a.    Masa remaja awal merupakan masa tumpang tindih.
Karena mencakup tahun akhir masa  kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sehingga prilaku yang ditampilkan sukar untuk dibedakan.
b.    Masa remaja awal merupakan priode singkat
Dibandingkan dengan banyak nya perubahan yang terjadi didalam perkembangan manusia, maka masa puber merupakan priode yang paling singkat, sekitar 2-4 tahun.
c.    Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat
Perubahan-perubahan yang sangat pesat ini akan menimbulkan dampak pada anak dan dalam beberapa hal memungkin kan timbulnya prilaku negatif.
d.   Masa remaja awal merupakan masa negatif
Pada masa ini anak cenderung mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya yang sebelumnya sudah berkembang.
e.    Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat sexsual
Dengan tumbuh dan berkembang nya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang.

 Contoh Kasus
A.   Kasus Hambatan Kemandirian (Dependensi Terhadap Orangtua)
Seorang remaja laki-laki yang berusia 19 tahun berinisial MT, statusnya sebagai anak tunggal, dan sudah kuliah semester dua di salahsatu perguruan tinggi Negeri di Manado. MT terkadang kalau tidur minta ditemani ibunya dan makan pun disuapi ibunya. Kampus MT berlainan kota dengan rumahnya, sehingga MT harus kost dan sering pulang minimal dua kali dalam seminggu atau sebaliknya orangtua MT yang datang menjenguknya dengan alasan rindu pada orangtuanya. MT tergolong anak yang pemalu, ia hanya akrab dengan teman laki-laki yang sudah mengerti keadaanya saja, sedangkan dengan teman wanita ia selalu merasa canggung bila diajak bicara. MT merasa sangat tergantung pada kedua orangtuanya. Menurutnya hanya orangtuanya yang dapat mengerti apa yang diinginkan oleh MT, jika menginginkan sesuatu tinggal meminta pasti akan selalu dipenuhi.
Menurut hasil wawancara dengan orangtuanya, MT selama berada dalam kandungan dalam kondisi yang sehat, lahir dengan normal pada usia kandungan sembilan bulan enam hari. Pertumbuhan dan perkembangan MT cukup baik, meskipun MT tergolong anak yang mudah terserang penyakit, misalnya kehujanan atau kelelahan ia langsung sakit (badanya demam, batuk atau flu biasa) namun tidak pernah mengalami sakit yang serius. MT merupakan anak tunggal, karena itu kedua orangtuanya sangat menyayangi dan memanjakannya dengan memberikan perhatian, perlindungan dan memenuhi setiap kebutuhan MT.
Kebetulan orangtua MT tergolong ekonomi kelas atas, ayahnya bekerja di Departemen Keuangan. Orangtua MT merasa kalau anaknya itu memiliki perasaan lembut, peka, sensitif dan tidak dapat dikasari sama sekali, sehingga kedua orangtuanya tidak tega bila MT melakukan hal-hal berat. Sewaktu masih duduk di bangku SD, SMP dan SMA selalu diantar jemput oleh ibunya. Prestasi MT juga sangat baik dari SD sampai SMU ia selalu masuk rangking lima besar. Prestasi ini ditunjang oleh usaha orangtua MT memberikan les privat dengan mendatangkan guru khusus ke rumah.
Berdasarkan hasil wawancara baik dari MT maupun dari orangtuanya dapat disimpulkan bahwa MT mengalami hambatan dalam memenuhi tugas perkembangan yaitu diusia yang hampir memasuki tahap remaja akhir, seharusnya MT sudah cukup mandiri dalam melakukan segala kegiatan tetapi masih memiliki sifat tergantung (dependensi) terhadap orangtua khususnya ibu.
B.   Analisis Kasus menurut teori perkembangan erik erikson
Erikson mengembangkan tahap perkembangan menjadi 8 tahapan. Yaitu masa bayi, kanak-kanak, bermain, sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa, usia senja. Yang dapat saya analisis sepertinya ada hambatan diperkembangan masa remaja yang mempengaruhi individu dalam hal kemandirian yaitu ketergantungan terhadap orangtua khususnya dependensi terhadap ibu adalah banyak faktor. Diantaranya adalah ketidakberhasilan individu dalam memenuhi salah satu tugas perkembangan pada fase sebelumnya (masa remaja ) yaitu mencapai kebebasan emosional dari orangtuanya dalam hal ini ibunya, ternyata individu ini tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan tersebut dan justru melanjutkan kehidupan yang aman di bawah perlindungan ibunya, sehingga tidak dapat bebas dari sifat kekanak-kanakan dan tetap terikat serta tergantung pada ibunya.
Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor yang tidak kala penting yaitu pola asuh orangtua yang terlalu melindungi anaknya, sehingga memperlakukan anak remaja mereka seperti anak kecil, selalu memenuhi semua kebutuhannya tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk belajar mandiri. Faktor yang lain adalah kurangnya pengertian tentang tugas-tugas perkembangan dari orangtua, sehingga tidak bisa membantu anak untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan pada tiap fasenya. Individu yang cenderung mengalami hambatan dependensi terhadap orangtua biasanya sering mengalami hambatan dalam penyusaian diri dengan lingkungan sosialnya, sehingga mereka cenderung menarik diri dan tidak mau mengerti orang lain, namun selalu ingin mendapat pertolongan atau tergantung pada orang lain.
Beberapa masalah dalam pembentukan dan perkembangan penyusaian diri seseorang merupakan hal yang terbawa dari dalam keluarga. Pergaulan di dalam keluarga akan menjadi dasar untuk pergaulan antara manusia berdasarkan empat ciri utama tersebut di atas, maka ada sepuluh tugas perkembangan dengan masyrakat sosial yang lebih luas. Orangtua yang bertanggung jawab akan membantu anak remajanya agar mereka berkembang dan berhasil mencapai atau memenuhi tugas perkembngannya, dalam arti pada waktunya siap memasuki kebebasan. Individu yang berkembang dengan baik ini akan mempunyai kemampuan penyusaian diri dengan orang lain, teman sebaya, otoritas, dengan kehidupan seksual, bertanggung jawab siap mencari dan menerima serta melakukan pekerjaan sebaik-baiknya. Seharusnya dalam masa remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orangtua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Erikson menambahkan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego. Sudah barang tentu pembentukan identitas, yaitu perkembangan ke arah individualitas yang mantap, merupakan aspek penting dalam perkembangan agar dapat berdiri sendiri. Bahwa remaja tidak tenggelam dalam peran yang akan dimainkan untuk mencapai
kedewasaan dengan tetap menghayati dirinya sendiri dan mencari pengalaman untuk melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.
Demikian halnya dengan kasus MT, banyak faktor yang mempengaruhi MT mengalami hambatan perkembangan dalam hal kemandirian. Diantara faktor tersebut adalah MT tidak mencapai kebebasan emosional dari orangtuanya pada akhir anak-anak, sehingga kehidupan yang aman di bawah perlindungan kedua orangtuanya dilanjutkan sampai pada masa remaja. Selain itu pola asuh orangtua yang terlalu melindungi anak (permissive) dengan memperlakukan MT seperti anak kecil, selalu memenuhi semua kebutuhannya tanpa memberi kesempatan pada anaknya untuk mandiri. Disamping itu, kurangnya pengertian tentang tugas-tugas perkembangan dari orangtua sehingga tidak dapat membantu MT dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan pada masa remaja.

BAB III
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Perkembangan sosial adalah perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.
Perkembangan sosial pada masa remaja (pubertas) merupakan masa yang unik, masa pencarian identitas diri dan ditandai dengan perkembangan fisik dan psikis anak. Pada masa ini sosialisasi anak lebih luas dan berkembang, mereka mulai menjalin hubungan dengan lawan jenisnya dan mengadakan kencan. Anak lebih mementingkan teman daripada keluarga dan mulai timbul banyak pertentangan dengan orang tua. Mereka umumnya belum bekerja dan masih belum mampu menafkahi dirinya sendiri.

B.  SARAN
Sebaiknya orang tua benar-benar memperhatikan perkembangan anak sampai ia mampu untuk membedakan dan memilih mana yang baik dan buruk untuk dirinya (dewasa).Tetapi tidak dengan bersikap oteriter terhadap anak,supaya anak lebih nyaman dan tidak takut untuk menceritakan konflik-konflik yang terjadi selama masa perkembangannya.

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGOPTIMALKAN KEPERIBADIAN SISWA



 Adapun upaya atau usaha guru BK dalam mengoptimalkan keperibadian siswa di sekolah yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu seperti apakah type keperibadian yang dimiliki oleh siswanya tersebut. Dalam buku “Personality Plus” karya Florence Litteur mengelompokkan empat kepribadian dasar manusia yang akan membentuk karakter seseorang dan upaya untuk mengoptimalkannya.
1.        Sanguin (Si Populer)
Orang sanguin merupakan orang yang dikenal ramah dan sangat senang berbicara. Ia bisa berbicara kepada siapa saja dengan menggunakan topik apa saja. Ia juga penuh inspirasi dan sangat aktif, walaupun tidak terlalu senang dengan segala sesuatu yang bersifat rinci. Kemampuan bicara yang baik membuat orang sanguin mudah mempengaruhi orang lain untuk percaya dengan apa yang mereka katakan. Walaupun demikian, orang sanguin sendiri juga mudah dipengaruhi dan bersikap sesuai kehendak orang lain karena di dalam dirinya terdapat keinginan untuk membuat semua orang menyukainya. Orang sanguin memang memiliki kebutuhan yang sangat besar untuk bisa diterima di lingkungannya. Oleh sebab itu salah satu cara yang bisa digunakan untuk memotivasi dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh orang sanguin adalah buatlah ia merasa diterima, baik oleh Anda sebagai gurunya, orangtuanya, maupun teman-teman yang ada bersama-sama dengannya di dalam kelas. Cara sederhana yang bisa digunakan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengajaknya terlibat dalam pembicaraan ataupun tugas-tugas yang diberikan. Keterlibatan dalam aktivitas yang dilakukan saja sudah membuat si sanguin merasa senang karena dengan demikian ia tahu bahwa lingkungan di sekitarnya mau menerima dirinya. Setelah merasa diterima, orang sanguin akan mampu dengan mudah menunjukkan potensi optimal yang ia miliki.



2.        Koleris (Si Kuat)
Seorang koleris dikenal  sebagai orang yang tegas, keras dan sangat menuntut. Selain memiliki energi yang besar untuk melakukan hal-hal yang sulit, mereka juga memiliki dorongan dan keyakinan yang kuat akan kemampuan dirinya. Oleh sebab itulah orang koleris seringkali tidak mudah menyerah dalam melakukan suatu hal. Orang koleris percaya bahwa ia dilahirkan menjadi pemimpin. Tipe orang koleris akan dengan mudah ditemukan di dalam kelas. Jika Anda melihat ada siswa-siswa yang selalu mengangkat tangan ketika menjawab pertanyaan atau ketika pemilihan ketua kelas, maka kemungkinan besar Anda bisa memastikan bahwa siswa tersebut adalah orang koleris. Bagi orang koleris, tidak ada yang lebih berarti dan menyenangkan dibandingkan pengakuan lingkungan terhadap kemampuan yang mereka miliki. Orang koleris percaya bahwa dirinya adalah orang yang berhasil jika ia bisa menaklukkan tugas yang sulit dan hal tersebut diakui oleh orang-orang di sekitarnya. Salah satu cara sederhana yang bisa Anda gunakan untuk memotivasi orang koleris adalah dengan memberikan pujian atas keberhasilan yang ia capai. Misalkan ia berhasil mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik ataupun mengerjakan soal-soal di papan tulis dengan benar. Jika orang koleris mengalami kegagalan, berikan dorongan bahwa ia sudah melakukan tugas yang baik dan itu bukanlah akhir dari segalanya. Adanya penghargaan terhadap hal-hal yang sudah ia lakukan akan membantu dirinya untuk bangkit kembali dan berjuang demi mencapai hasil yang lebih optimal di kemudian hari.
3.        Melankolis (Si Sempurna)
Orang melankolis merupakan orang yang serius dan tertutup, namun cerdas dan sangat kritis dalam berpikir. Ia mampu mengerjakan suatu pekerjaan dengan tekun dan sempurna. Ia memahami suatu hal setahap demi setahap dan seringkali menjalani sebagian besar hidupnya dengan serius. Seorang melankolis mampu berpikir dengan kritis sehingga ia juga mampu menganalisis suatu keadaan dengan jauh lebih baik. Jika Anda berada di dalam kelas, tipe orang melankolis dapat dikenali dengan sikap mereka yang sangat teratur dan rapi. Orang melankolis suka mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Misalkan Anda melihat catatan dengan tulisan yang sangat rapi, pekerjaan rumah yang dikerjakan hampir tanpa kesalahan penulisan, ataupun barang-barang yang teratur dengan sangat rapi di dalam tas, maka Anda bisa memastikan bahwa siswa tersebut adalah tipe orang melankolis. Orang melankolis juga merupakan tipe orang yang sangat mudah cemas ketika menghadapi suatu kejadian atau hal yang dianggap baru baginya. Akan tetapi, Anda jangan salah menafsirkan terlebih dahulu. Kecemasan yang dirasakan oleh orang melankolis tersebut malah digunakan sebagai pemacu bagi mereka agar bisa mendapatkan hasil yang optimal dan sempurna. Apabila Anda berhadapan dengan siswa yang tergolong ke dalam orang melankolis, maka cara yang bisa Anda gunakan untuk memenangkan hatinya adalah dengan memberikan perasaan tenang dan dukungan secara tulus. Hargai semua usaha-usaha yang sudah ia lakukan dengan penuh kerja keras. Ketika memberikan tugas untuk dikerjakan pun, berilah penjelasan yang jelas dan teratur sehingga mudah dipahami. Penjelasan yang hanya bersifat umum (tidak terperinci) malah akan membuat siswa melankolis merasa bingung dan frustasi.

4.        Phlegmatis (Si Damai)
Orang phlegmatis merupakan orang yang manis, tidak mendesak, dan tidak suka memerintah. Oleh sebab itulah ia dianggap sebagai orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan kawan. Ia juga memiliki sifat pemalu dan tidak suka menonjolkan diri. Oleh sebab itu ia masih akan merasa nyaman ketika berada di lingkungan yang ramai, asalkan perhatian dalam keramaian itu tidak berpusat pada diri mereka. Satu hal yang sangat sulit dilakukan oleh orang phlegmatis adalah berkata “tidak”. Salah satu sifat yang mudah dikenali dari siswa yang tergolong phlegmatis adalah sikap mereka yang suka menunda pekerjaan, datang tergesa-gesa ke sekolah, atau susah mengambil keputusan. Semua itu dilakukan oleh siswa phlegmatis karena ia cenderung memandang segala sesuatu dengan santai dan kurang serius. Walaupun demikian, orang yang phlegmatis juga memiliki kelebihan yang mungkin tidak dimiliki oleh orang-orang dengan kepribadian lainnya. Orang phlegmatis adalah tipe pendengar yang baik dan bisa menjadi pendamai jika terjadi suatu konflik di lingkungannya. Semua itu dilakukannya karena ia sangat senang dengan suasana yang tenang dan damai. Jika Anda menemui siswa yang tergolong orang phlegmatis, maka hal yang bisa Anda lakukan untuk memenangkan hatinya atau memotivasinya adalah dengan memberikan bimbingan atau arahan yang tidak menekan baginya. Misalkan ada pekerjaan yang dianggap sulit, Anda bisa membantu siswa tersebut untuk mencapai target yang diharapkan dengan belajar bersama atau memberikan lebih banyak bimbingan. Pada intinya adalah jangan memberikan suatu tuntutan yang terlihat besar dan berat bagi mereka. Apabila tuntutan itu harus diberikan sekalipun, yakinkan mereka bahwa Anda akan membantu dan membimbing mereka agar bisa mencapai tuntutan yang diberikan tersebut.

TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA

A.    PENGERTIAN REMAJA
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
B.     ASPEK – ASPEK PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA
  1. PERKEMBANGAN FISIK REMAJA
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Perkembangan fisik dalam periode masa remaja meliputi segi pertambahan tinggi dan berat badan. Untuk remaja pria dimulai sekitar umur 10,5 sampai 16 tahun sedang remaja putri percepatan pertumbuhan sudah mulai antara umur 7,5 tahun dan 11,5 tahun dengan umur rata-rata 10,5 tahun, selain mengalami percepatan tinggi badan dan berat badan, remaja juga mengalami proses kematangan seksual, sebagai berikut (Mulyono, 1995):
·         Karakteristik kelamin primer:
*            Pada remaja pria:
§  Pengeluaran sperma.
§  Menegangnya alat kelamin pada saat-saat tertentu.
*            Pada remaja putri:
§  Loncatan sel telur (ovulasi)
§  Menstruasi (pengeluaran sel telur yang tak dibuahi dengan lendir dan darah).
·         Karakteristik kelamin skunder:
*                              Pada remaja pria:
§  Tubuh menjadi lebih jantan.
§  Suara menjadi besar dan pecah
§  Tumbuhnya bulu-bulu atau rambut pada bagian tubuh tertentu
§  Bentuk wajah nampak persegi
*      Pada remaja putri
§  Mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangan buah dada dan montoknya anggota-anggota badan.
§  Wajah nampak membulat (Sujanto, 1986).
Pendapat mengenahi perkembangan fisik remaja diatas searah dengan pendapat John W. Santrock dalam bukunya Life Span Development yang menyatakan bahwa empat perubahan tubuh yang paling menonjol pada perempuan adalah pertumbuhan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kelamin, sedang pada pria adalah pertumbuhan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis, pertumbuhan testis dan rambut kemaluan (Santrock, 1995). Pertumbuhan fisik remaja selanjutnya akan berdampak pada perilaku sosial, seksual, emosi serta kognitif remaja. Dengan pertumbuhan fisik yang terjadi remaja merasa bahwa dirinya adalah orang dewasa sehingga remaja akan mengembangkan citra individual mengenahi diri mereka yang tidak jarang berbenturan dengan nilai-nilai yang dipegang oleh orang dewasa.
  1. PERKEMANGAN EMOSI REMAJA
Emosi remaja berada dalam situasi sturm und drung sebab belum stabil dan mencapai kematangan pribadi secara dewasa. Menurut Gesell, dkk, remaja 14 tahun seringkali mudah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak, dan tidak berusaha mengendalikan perasaannya (Hurlock, 1993) karena emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka dari pada perilaku yang realistis.
Mereka merasa canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa aneh dan mengganggu, mudah tersinggung kesal hati, dan tertekan, ingin marah. Dalam keadaan emosi yang belum stabil ini celaan atau kritikan dari lingkungan seringkali ditanggapi secara sungguh-sungguh dan sering ditafsirkan sebagai ejekan atau meremehkannya. Akibatnya mereka sering bersikap antipati dan melawan. Bila lingkungan keluarga, orang tua dan sekolah mengabaikan keadaan emosi remaja, misalnya anak-anak yang tidak disukai karena tampangnya kurang menguntungkan, kurang cerdas, sehingga melihat dengan sebelah mata dan sinis, biasanya remaja tersebut menjurus pada perilaku yang maldjusment dan sering pada tindakan delinkuency (Mulyono, 199).
Remaja merupakan masa kritis bagi pembentukan kepribadian. Remaja yang sedang dalam masa pancaroba ini apabila tidak mendapat bimbingan serta suasana lingkungan yang baik dapat menjurus pada berbagai kelainan tingkah laku, kenakalan, bahkan sampai melibatkan diri pada tindak kejahatan, termasuk penyalah gunaan obat narkotika serta perilaku seksual.
  1. PERKEMBANGAN SOSIAL REMAJA
Dalam masa perkembangan ini, seorang remaja mulai tergugah rasa sosial untuk ingin bergabung dengan anggota-anggota kelompok yang lain. Pergaulannya yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah; saat ini dia ingin lebih meluaskan pergaulannya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan rumah. Menurut Otto Rank, pada diri remaja
terjadi perubahan yang sangat drastis, yaitu dari keadaan tergantung pada orang lain (dependence) pada masa kanak-kanak menuju kepada keadaan mandiri (independence) pada masa dewasa. Tahap-tahap perubahan itu adalah sebagai berikut (Sarwono, 2001):
Pembebasan kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam sendiri maupun dari lingkungannya (misalnya dari orang tuanya yang selama ini mendominasinya).
Pemilahan kepribadian (division in personality). Dalam tahap ini terjadi perpecahan (discunity) antara kehendak (will) dan kontrak kehendak (counter will). Terjadilah perjuangan moral antara dorongan-dorongan neurotik (kecenderungan untuk tetap tertekan) dengan dorongan-dorongan kreatif (kecenderungan untuk mencipta, mengatur). Akibat dari konflik moral itu timbullah perasaan bersalah, menyesali dan menyalahkan diri sendiri (self criticism) dan perasaan rendah diri. Kalau proses ini berkepanjangan remaja yang bersangkutan akan terlibat dalam gejala neurotik, tetapi kalau ia bisa mengatasi tahap ini dengan baik, remaja yang bersangkutan akan masuk ketahap berikutnya dimana ia akan menjadi manusia yang produktif kreatif.
Integrasi antara kehendak dan kontrak-kehendak menjadi pribadi yang harmonis.
Tahapan perkembangan dan konflik yang dikemumakan oleh Erikson menyebut fase remaja ini sebagai fase identitas lawan kekaburan peran (role diffusion). Individu pada tahap ini sudah ingin menonjolkan identitas dirinya, akan tetapi ia masih terperangkap oleh masih kaburnya peran dia dalam lingkungan asalnya. Kaburnya peran remaja dalam lingkungannya mengakibatkan remaja mulai membentuk kelompok-kelompok atau dalam bahasa Kartini Kartono disebut sebagai gang. Penggabungan diri dengan anggota kelompok yang lain sebenarnya merupakan usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu, sebab remaja mulai meragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-norma yang ada dan sebagainya (Mulyono, 1995).
  1. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL REMAJA
Selain mengalami perkembangan fisik, seksual dan sosial pada masa ini remaja juga mengalami perkembangan pemikiran, pemikiran remaja berubah menjadi lebih abstrak, logis dan idealis. Artinya remaja tidak akan percaya begitu saja terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua tanpa tahu sebab dan alasan, remaja mulai berfikir layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga mulai berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris (Santrock, 1995). Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dirinya sendiri.
Remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau menerima begitu saja perintah-perintah atau aturan-aturan yang ada; mereka ingin juga mengetahui alasan dan sebab-sebabnya. Tidak jarang dengan perkembangan intelektualnya yang bersifat kritis ini, remaja mengalami konflik atau pertentangan dengan pihak orang tua atau pendidik-pendidik yang biasanya berpegang akan nilai-nilai lama (Mulyono, 1995). Piaget menyebutnya dengan operasional formal. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional formal berlangsung antara 11 – 15 (Santrock, 1995).
  1. PERKEMBANGAN BAKAT KHUSUS PADA REMAJA
a.             Definisi Bakat
Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi dimana menunjukan potensi seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam suatu bidang tertentu. Bakat merupakan suatu kondisi atau suatu kualitas yang dimiliki remaja yang memungkinkan remaja itu untuk berkembang pada masa mendatang. Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan remaja untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang remaja yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan remaja lainnya. Inilah yang kemudian disebut dengan bakat khusus ( Specific Aptitude ) yang tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn ( pembawaan sejak lahir).
Menurut pendapat (Conny Semiawan, dkk; 1987:2) bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relative bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum ) atau khusus ( bakat akademis khusus ).
Yang dinamakan bakat sebenarnya adalah “Aptitude”. “bakat sebagai aptitude biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi atau potential ability yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Bakat sebagai suatu kondisi pada diri individu yang dengan suatu latihan khusus memungkinkan mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Kemampuan bawaan agar dapat berkembang secara optimal perlu adanya pengembangan dan latihan tertentu dan juga banyak dipengaruhi oleh factor keluarga dan lingkungan.
Bakat sangat kecil kemungkinannya untuk berubah. Bakat itu adalah relative tetap sepanjang waktu tertentu. Karena bakat itu relative stabil, maka bakat – bakat itu dapat digunakan untuk membantu memprediksi keberhasilan dalam bidang kependidikan dan karier serta memberikan suatu landasan untuk mengambil keputusan karier. Skor bakat dapat berpengaruh terhadap taraf pendidikan, latihan, praktek, tetapi mereka cenderung menghadapi banyak perubahan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan minat.
Bakat berbeda dengan minat. Jika bakat bersifat inherent dan natural maka minat bersifat natural, dibentuk dan bergantung pada lingkungan. Tak heran bila cita-cita anak selalu berubah, karena sebenarnya itulah minat. Sedangkan, bakat lebih alami dan bisa diketahui dari kecil bahkan sejak lahir dan akan dibawa hingga tua.
b.            Cara Mengetahui Bakat Pada Diri Remaja
Ada 3 hal untuk mengetahui bakat seseorang, yaitu :
*            Dengan cara berbasis pengalaman (experience traditional). “Ini jadi akurat dengan 2 syarat, yaitu orang tua punya naluri kuat untuk melihat bakat itu. Kedua orang tua punya waktu luang bersama anaknya. Tapi ini sudah tidak relevan lagi. Karena sekarang orang tua sudah sama-sama sibuk.
*            Dengan tes tulis dan wawancara (varian psikologi). Hasil yang didapat dari tes ini bersifat fluktuatif. Hingga kini cara ini memang diakui Pemerintah untuk menentukan bakat dan minat. Sayangnya, hasil tes ini sangat bergantung pada kondisi tester dan suasana psikologi orang yang dikenai tes.
*            Dengan melibatkan teknologi dalam mendeteksi bakat. Atau yang dinamakan dengan Dermatoglyphic Multiple Intellegence assessment. Dengan teknologi ini, seseorang tidak perlu lagi dihadapkan pada serangkaian tes dan wawancara, serta tidak tergantung pada kondisi psikologis orang tersebut. Akurasinya bisa mencapai 90-95 %.
Adapun hal- hal yang harus dilakukan guru dan orang tua agar anak dapat berbakat dan berprestasi dengan cara menyenangkan adalah sebagai berikut:
1.      Orang tua dan guru harus menyadari bahwa setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan ini terjadi karena setiap anak mempunyai bakat, kemampuan, dan kebutuhan yang berbeda.
2.      Setiap anak pasti mempunyai salah satu dari sembilan kecerdasan yang diberikan Allah SWT. Bahkan, ada juga anak yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Kecerdasan itu adalah kecerdasan linguistik, matematika-logika, ruang-visual, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kemampuan olah tubuh, dan spiritual.
3.      Membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya potensi fisik, iman, akhlak, ibadah, emosi, sosial, mental, dan keterampilan. Biarkan anak mengembangkannya bakatnya seperti keinginannya, sedangkan orang tua mengarahkan saja.
4.      Yang perlu diingat, prestasi anak bukanlah prestasi untuk orang tuanya. Prestasi itu untuk diri anak itu sendiri.
6.      KEBUTUHAN DAN TUGAS PEKEMBANGAN REMAJA
I. Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Seseorang yang berbuat atau melakukan sesuatu, setidaknya karena ada kebutuhan yang hendak dicapainya. Sartain dalam bukunya, Psychology Understanding of Human Behavior memberikan arti khusus terhadap istilah kebutuhan sebagai suatu kekurangan di dalam sesuatu (manusia, tumbuhan atau hewan). Contohnya, seekor binatang yang berkeliaran mencari mangsa, berarti lapar. Lapar karena ada kekurangan (makanan) di dalam tubuhnya.
Dalam peristiwa tersebut di atas ada suatu proses dengan unsur- unsure yang berurutan kedudukannya, seperti terlukis pada pola berikut :
Kebutuhan itu berfungsi sebagai suatu kekuatan yang menggerakkan atau menyebabkan individu itu bertingkah laku. Segala tingkah lakunya tertuju pada titik- titik yang dimaksudkan sebagai pemuas kebutuhan. Misalnya : Si Amin perutnya lapar, ia butuh makan, ia makan nasi untuk mengembalikan keseimbangan fisiknya.
Secara garis besar, kebutuhan dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
a.       Kebutuhan Fisiologis
Pemusatan kebutuhan- kebutuhan fisiologi hanya menjamin penyesuaian organism fisik, sekalipun demikian ada hubungan yang sangat erat antara pemuasan kebutuhan fisik dan pencapaian penyesuaian psikologis.
b.      Kebutuhan Psikologis
Organisme manusia terdiri atas aspek psikologis dan aspek fisik. Karena itu tingkah laku dan kehidupan mentalya didominasi oleh sejumlah keperluan psikologis yang pemuasannya bersifat funda mental untuk penyesuaian.
Keperluan-keperluan ini pada umumnya disebut kebutuhan psikologis. Penyesuaian psikologis menujukan suatu rasa aman, keseimbangan mental, ketenangan jiwa, kepuasan diri dan harga diri. Ada beberapa kebutuhan psikologis yang penting artinya untuk penyesuaian ialah: kebutuhan kasih sayang dan penghargaan social, kebutuhan akan rasa aman dan status, kebutuhan akan perhatian, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan prestasi dan kebutuhan pengalaman.
c.       Kebutuhan Akan Pengalaman
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan dasar manusia yang mempengaruhi prilaku manusia yang paling dinamis.
Kebutuhan akan pengalaman harus disalurkan dengan cermat, mengarah kepada sesuatu yang sehat dan tidak berlebih-lebihan. Dalam hal ini bidang pendidikan hendaknya memberikan kesempatan yang banyak dan beragam untuk ekspresi dorongan ini dengan cara yang normal. Sehingga pemenuhan kebutuhan ini dapat membantu perkembangan pribadi dan tingkah laku yang wajar dalam kehidupan individu.
d.      Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial ini merupakan factor dinamis yang memberikan pegaruh langsung pada peyesuayan diri pada lingkugan atau hubungan sosial antar pribadi. dalam hal ini tidaklah bearti psikologi tidak memberikan implikasi pada tingkah laku social atau sebaliknya, kebutuhan megurangi secara dia berhubungan(intraksi) dengan individu lain. Adapun kebutuhan sosial yang yang sangat penting dalam kehidupan Individu ialah kebutuhan partisipasi, pengakuan, dan penyesuaian.
e.       Kebutuhan akan partisipasi
Kebutuhan ini mendesak organisme individu untuk membagi pengalaman dan kegiatan sehingga memainkan peranannya dalam proses sosialisasi.
Dalam mengekspresikan kebutuhan tersebut, kadang-kadang individu menggunakan pengalaman yang telah ia miliki atau dalam peran-sertanya ia akan memperoleh pengalaman baru, bahkan kadang-kadang iapun ingin memenuhi kebutuhan akan prestasi dengan menuntut suatu sukses yang ingin dicapainya. Dengan demikian, Nampak kian nyata bahwa ada mata rantai yang saling menghubungkan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain yang diperankan dalam suatu kegiatan yang sama.
Perkembangan dan ekspresi yang normal dari kebutuhan ini memberikan dampak yang mengarah kepada pola tingkah laku yang menjamin penyesuaian sosial yang sehat dari individu itu.
f.       Kebutuhan Akan Pengakuan
Keinginan di hitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. demikian juga pengakuan dari lingkuangan berpangkal pada peri keadaan individu itu misalnya ; pribadinya, kemampuan yang dimiliki, prestasi, dan kualitas personal individu itu sendiri.
Pendapat dan evaluasi orang lain merupakan suatu refleksi objektif dari harga diri pribadi dan dinamiaka pengakuannya ditentukan oleh adanya hubungan yang bersifat intrinsik dengan kebutuhan status.
Kebutuhan akan pengakuan yang terpenuhi atau mendapat respons memberikan pengaruh yang definitif menyehatkan terhadap cara penyesuaian diri.
Individu yang dikondisi rasa inferior, kurang akan kepercayaan diri, ragu akan keyakinan, perasaan gagal atau kurang berprestasi pada umumnya akan terhapus atau terhentikan oleh suatu pengakuan yang sehat.
g.      Kebutuhan Akan Penyesuaian
Seseorang mendapat pengakuan dari lingkungannya, karena ada unsure-unsur yang dapat diterima kelompok atau lingkungannya. Unsure-unsur yang dapat diterima cenderung menunjukan antara lain menunjukan adanya perasamaan dan penyesuaian.
Kebutuhan akan persamaan yang mendapatkan pemenuahan secara baik akan memudahkan individu mengadakan hubungan sosial atau interaksi yang luwes dan lancar.
Untuk memenuhi kebutuhan (baik kebutuhan biologis ataupun kebutuhan psikologis), manusia melakukan tindakan-tindakan atau bertingkah laku.
Dalam garis besarnya tingkatan cara pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
*            Tingkah laku /atau bertindak dengan cara Refleks
*            Tingkah laku/bertindak dengan cara kebiasaan (habit)
*            Tingkah laku/bertindak dengan cara rasional dan emosional(belajar)
2.      Tugas dan perkembangan remaja
Pikunas (1976) mengemukaakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu;
*            Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya.
*            Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figure-figur otoritas Mengembangkan keterampilan dalam berkomunikasi interpersonal, belajar mwembina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam kelompok.
*            Menemukan model untuk identifikasi
*            Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber-sunber yang adap ada dirinya.
*            Memperkuat control diri berdasarkan nilai –nilai dan prinsip-prinsip yang ada
*            Meniggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
Dari tugas-tugas tersebut,tampak bahwa secara umum tugas perkembagan masa remaja berkaitan degan diri sendiri dan juga dengan sosial yang di hadapinya.semua perubahan yagn terjadi pada remaja dalam masa ini menuntut individu untuk melakukan penyesuaian di dalam dirinya,dan membentuk suatu sense of self yagn baru tentang siapa dirinya,untuk mempersiakan diri mengahadapi masa dewasa .
3.      Tugas - Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (1953), merupakan hal yang penting bila anak dapat mengikuti dan berhasil dalam sebagian besar tugas- tugas pada waktu yang telah ditentukan. Sehubungan dengan tugas perkembangan, Havighurst (1953), mengemukakan suatu skema yang bersifat bio-sosio-psikologis. Hooker (1991) mengacu pada pendapat Havighurst yang mengemukakan bahwa pada dasarnya tugas- tugas perkembangan setiap periode perkembangan bersumber pada tiga hal yakni :
*            Fungsi dan struktur biologis dari individu (dasar- dasar biologis), misalnya : belajar mengontrol pembuangan, belajar menerima perubahan seks yang bersifat fisik pada remaja, belajar bertingkah laku yang sesuai dengan lawan jenis.
*            Ransangan atau tuntutan dari masyarakat serta tugas- tugas yang timbul terutama dari tuntutan masyarakat, misalnya : belajar membaca dan menulis, belajar menghargai milik orang lain, belajar menerima tanggung jawab dalam mengerjakan bagian seseorang dalam kegiatan kelompok.
*            Nilai- nilai dan aspirasi- aspirasi pribadi dan individu. Contoh: tugas- tugas yang muncul pada masa remaja akhir, terutama bersumber dari nilai dan motif dari individu, misalnya dalam hal memilih pekerjaan dan membentuk keyakinan beragama.
Havighurst mengakui deskripsi dari tugas- tugas yang dihasilkannya berdasarkan pada “nilai-nilai budaya demokratis pada masyarakat Amerika dari kelas menengah, dengan beberapa usaha untuk menampilkan hasil dari golongan bawah dan atas, dalam upaya untuk mendapatkan hasil yang bervariasi (1953). Havighurst merasakan bahwa dalam menggunakan pendekatan tugas perkembangan bagi pendidikan anak- anak, akan lebih berguna jika dapat membuat enam sampai dengan sepuluh tugas untuk tiap tahap perkembangan. Pada usia remaja terdapat pula tugas- tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Konopka, 1973 (dalam Pikunas, 1976; Ingersol, 1989), secara umum membagi masa remaja manjadi tiga bagian, yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak- anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua. Focus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
2. Masa remaja pertengahan (15-19 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Pada masa ini teman sebaya masih berperan penting namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self directed). Remaja juga meulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan- keputusan awal yang berkaitan dengan sekolah dan pekerjaan yang kelak ingin capai.
3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran- peran orang dewasa. Remaja pada masa ini memiliki keinginan yang kuat untuk menerima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa. Pada tahap ini remaja menjadi matang.
Bahasan mengenai apa yang akan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang individu, disebut tugas perkembangan (havighurst, 1972).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRANSPLANTASI GINJAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.            Latar Belakang Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian dican...